Dampak Harga BBM Naik, Ratusan Pertashop di Jateng Terancam Gulung Tikar

Nusantara2066 Dilihat

MEDIASI – Ribuan Pertashop kelimpungan usai kenaikan harga BBM jenis pertamax dari Rp9.000 ke Rp12.500 disusul kemudian dengan harga terakhir Rp14.500 awal September 2022 lalu. Bahkan, sudah banyak yang gulung tikar dan memilih menghentikan operasional.

Sekretaris Dewan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Pertashop Seluruh Indonesia (DPD HIPSI) Jawa Tengah, Jengkar Tundung Janu Prihantoro mengatakan, disparitas harga yang tinggi menyebabkan pelanggan beralih ke pertalite. Sementara, kini banyak pertalite ilegal yang dijual oleh pengecer atau pertamini sehingga mematikan usaha pertashop.

Akibat maraknya BBM subsidi eceran, Pertashop terdampak dan penjualannya anjlok. Kini sebagian besar pertashop hanya bisa menjual kurang dari 100 liter per hari. Akibatnya, sebagian Pertashop bangkrut dan pilih tutup karena sudah tidak bisa menutup operasional harian, seperti gaji karyawan, listrik, dan pengeluaran lainnya.

“Kalau di saya, mengenaskan. Bahkan, banyak teman-teman yang sekarang sudah tutup itu sudah tidak dipakai itu. Dipasritas harganya terlalu tinggi, Rp4.500,” kata Jengkar, Jum’at(23/9/2022).

Dia menjelaskan, di Jawa Tengah ada 1.300 unit Pertashop dan merupakan provinsi dengan jumlah pertashop terbanyak di Indonesia. Dari jumlah itu, diperkirakan sebanyak 100 lebih Pertashop telah menghentikan operasionalnya.

yDi wilayahnya sendiri, Kabupaten Pati, sudah ada enam Pertashop yang tutup karena tak bisa menggaji karyawan. Pantauan MEDIASI, di wilayah Kabpaten Tegal dan Pemalang banyak Pertashop yang tutup operasionalnya.

HIPSI Jateng telah beraudiensi dengan PT Pertamina MOR IV Jawa Tengah-DIY, Kamis (22/9). Mereka meminta pertanggungjawaban Pertamina, untuk melakukan langkah-langkah strategis untuk menyelamatkan pertashop.

Dalam pertemuan itu, pengusaha pertashop se-Jawa Tengah dan DIY menuntut agar disparitas harga pertamax dengan pertalite dipangkas maksimal Rp.2000.

Jika tak bisa dilakukan penyesuaian harga, HIPSI menuntut agar Pertashop bisa mendistribusikan pertalite. Sebab, nyaris seluruh pertashop berada di pedesaan sehingga subsidi BBM bisa lebih tepat sasaran.

Menurut dia, disparitas harga yang besar memicu munculnya mafia BBM subsidi. Hal ini bisa dibuktikan dengan maraknya penjualan BBM subsidi eceran yang disuplai oleh pemasok besar.

“Kejahatan terhadap BBM subsidi ini saya kira meningkat drastis. Karena semuanya bermain di sana. Dari yang mafia, sampai yang pengecer biasa, itu bermain semua. Jadi kalau bengkak (subsidi) ya benar. Karena disparitas harganya itu Rp4.500,” dia mengungkapkan.

Saat ini jumlah pertashop di Indonesia telah mencapai lebih dari 6.600 unit. Karena itu, dia meminta agar pertamina dan memperhatikan program yang telah digulirkan bersama dengan lintas kementerian ini.