DPD RI Jateng Minta Pemerintah Segera Bertindak Atasi Potensi Kerawanan Pangan Akibat Cuaca Ekstrem

News1180 Dilihat

MEDIASI – Senator DPD RI dari Jawa Tengah (Jateng) DR Abdul Kholik meminta pemerintah segera bertindak mengatasi potensi kerawanan pangan yang kemungkinan terjadi akibat dampak cuaca ekstrem.

Kholik menegaskan supaya wilayah hulu sungai segera direvitalisasi untuk cegah erosi, sedangkan di wilayah hilir segera dinormalisasi agar aliran air bisa lancar.

“Saat ini kondisi semakin menyulitkan masyarakat, terutama para buruh tani yang tidak memiliki cadangan pangan cukup. Mereka sangat tergantung pada masa panen padi untuk memenuhi kebutuhano pangannya. Persediaan pangan para buruh tani saat ini semakin menipis. Apabila datangnya masa panen mengalami kemunduran, mereka pasti akan semakin kesulitan karena masa panen yang terakhir pun hasilnya kurang bagus akibat serangan hama wereng. Di situlah saya mewanti-wanti agar suasana rawan pangan jangan sampai terjadi,” kata Abdul Kholik, pada Senin (14/11/2022).

Kholik mengungkapkan banjir yang terus berulang di sepanjang Selatan Jawa Tengah (Jateng) berpotensi timbulkan kerawanan pangan.

Pasalnya, banjir yang berulangkali datang berdampak mengacaukan musim tanam. “Sampai pertengahan November ini petani masih belum bisa mengawali menanam padi karena gagal berkali-kali menyemai benih. Mereka tak bisa segera segera tanam karena olahan sawahnya berulangkali terendam dan tersapu banjir,” tegasnya.

Menurut Kholik, apabila penanganan banjir di selatan Jawa Tengah  tidak bisa segera dituntaskan, dipastikan akan menggagalkan upaya petani ketika menanam padi. Apalagi dalam rentang tiga bulan ke depan, yakni sampai Januari 2023, kondisi cuaca yang ekstrim diperkirakan masih akan terjadi. Sehingga dikuatirkan sewaktu-waktu tanaman padi akan terancam puso karena terendam banjir.

”Hal ini tampak jelas pada tren banjir di selatan Jawa Tengah yang kian terus meningkat, baik ketinggian volume banjir maupun maupun waktu surutnya yang semakin panjang. Hal ini ditengarai akibat kegagalan mengelola sungai-sungai di wilayah Jawa Tengah Selatan itu,” katanya.

“Banyak daerah aliran sungai di Cilacap, Banyumas, Kebumen, dan Purworejo mengalami kerusakan akut sehingga menahan aliran air ke muara. Apalagi daerah hulu sungai di wilayah itu juga rusak. Waduk mengalami sedimentasi akut sehingga debit air terbatas, contohnya waduk Mrican dan sungai Serayu,” sambungnya.

Seperti diketahui hujan deras yang mengguyur Jawa Tengah khususnya wilayah Selatan beberapa hari terakhir memicu banjir dan tanah longsor pada sejumlah lokasi di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Kebumen, dan Purworejo.

Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga memperkirakan hujan lebat hingga ekstrem masih berpotensi terjadi baik di wilayah Jawa Tengah bagian selatan maupun pegunungan tengah Jateng sehingga masyarakat diimbau untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi.