Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad, Pengarang Ratib al Haddad yang Alami Kebutaan Matanya Sejak Kecil

Ensiklopedi1954 Dilihat

MEDIASI – Al Allamah Habib Abdullah bin Alwi al Haddad adalah duriyyah Rasulullah yang lahir pada malam Senin 5 Shafar 1044 H di as Subair, suatu tempat yang berada di Kota Tarim di Hadramaut. Ayahnya bernama Alwi bin Muhammad al Haddad, seorang laki-laki yang saleh dan bertakwa, serta disebut termasuk min auliyaillah.

Suatu hari, As Sayyid Habib Alwi bin Muhammad al Haddad pergi mengunjungi seorang Imam besar al Arifbillah yang bernama Ahmad bin Muhammad Al Habsyi, beliau meminta doa kepadanya. Kemudian al Imam Ahmad bin Muhammad al Habsyi berkata, “Anak-anakmu adalah anakku, mereka memiliki keberkahan.”

Tidak lama kemudian Sayyid Alwi mengawini cucu al Imam Ahmad dari anak beliau yang bernama Aidarus bin Ahmad al Habsyi. Istri beliau bernama Salma, seperti nama ibu beliau. Wanita yang saleh dan bertakwa kepada Allah.

Dari perkawinan itu mereka dikaruniai anak laki-laki dan perempuan. Diantara anak-anak mereka adalah Habib Abdullah bin Alwi al Haddad. Sayyid Alwi pernah berkata, “Aku tidak memahami isyarat dari ucapan al Arifbillah Ahmad bin Muhammad al Habsyi (ketika beliau mengunjunginya dulu) hingga setelah kelahiran anakku Abdullah karena aku melihat tanda-tanda kewalian tampak pada dirinya.”

Ketika umurnya menginjak 4 tahun, Abdullah bin Alwi al Haddad terserang penyakit cacar yang menyebabkan buta di kedua matanya. Keadaan itu tidak mematahkan semangat beliau. Terlihat dari masa kecil beliau telah bermujahadah menghafal Al Qur’an. Usai menghafal beliau pergi menuju masjid bersama beberapa sahabatnya untuk melakukan shalat sebanyak seratus atau dua ratus rakaat sebagai rasa syukur kepada Allah.

Habib Abdullah bin Alwi al Haddad sendiri pernah berkata, “Dulu pada masa kecilku aku telah memaksa diriku hingga nenekku Salma berkata kepadaku, ‘Kasihanilah dirimu.’ Karena ia melihat mujahadahku.”

Di masa kecil, Allah telah mengambil penglihatannya sehingga beliau menjadi seorang anak yang tumbuh dalam keadaan buta. Namun, Allah menggantikan kedua matanya dengan cahaya mata hati yang bersih sehingga beliau tumbuh dalam semangat dan mujahadah untuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Ketika telah mencapai kedudukan yang tinggi, beliau pernah berkata, “ Aku memiliki tujuh puluh ilmu dari ayat;

رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat,” (QS. Al Baqarah : 201).

Beliau menimba ilmu dengan banyak ulama di masanya. Di antara para syaikh beliau, Habib Umar bin Abdurrahman al Attas, Habib Aqil bin Abdurrahman as Saqqaf, Habib Abdurrahman bin Syeikh Aidid, Habib Sahl bin Ahmad Ba Hasan, dan Habib Muhammad bin Alwi as Saqqaf.

Beliau sangat menganjurkan para penuntut ilmu mempelajari dasar-dasar setiap jenis ilmu dan menjadikannya dasar untuk mendekat kepada Allah. Oleh karena itu, beliau berkata, “Hendaknya seseorang (penuntut ilmu) mempelajari dasar-dasar setiap ilmu agar ia mendapatan pengetahuan dari setiap jenis ilmu. Ada pun mendalami suatu ilmu tidak dianjurkan, kecuali pada pengetahuan tentang Allah, sifat-sifatNya, MailaikatNya, dan Hari Akhir.”

Beliau sangat menganjurkan setiap penuntut ilmu mempelajari ilmu yang bermanfaat. Beliau pernah berkata, “Bagi kami rukun agama dan asasnya ada empat. Dalam Ilmu hadis kitab al Bukhari, ilmu tafsir kitab al Baghawi, ilmu fikih kitab al Minhaj, dan kitab Ihya ‘Ulumuddin yang mencakup segala sesuatu. Inilah suatu fondasi yang di atasnya terdapat suatu bangunan. Aku telah mempelajari banyak kitab, dan aku tidak menemukan kitab yang sesempurna itu, sedangkan waktu kita sangat pendek. Tidak ada di dalam mazhab kami, kecuali al Kitab ( al Qur’an) dan as Sunah.”

Ketika telah menguasai ilmu dan akhlak yang begitu mulia, beliau berdakwah di jalan Allah. Memberi petunjuk dan mengarahkan umat ke jalan Alla dengan cara yang bijaksana dan nasihat yang lemah lembut. Sehingga manusia berbondong-bondong menghadapkan diri kepadanya. Dakwahnya tersebar ke penjuru dunia. Sangat banyak orang yang mendapatkan manfaat dari nasihat, akhlak, ucapan, dan kitab-kitabnya.

Beliau berbicara dengan suatu kaum sesuai dengan ilmu dan keadaan mereka. Tidak pernah beliau memaksakan kepada seseorang sesuatu yang belum mampu dilakukan. Banyak sekali ulama hasil didikan beliau, diantaranya anaknya sendiri Habib Hasan bin Abdullah al Haddad, Habib Ahmad bin Zain al Habsyi, Habib Abdurrahman bin Abdullah Balfaqih, Habib Muhammad, dan Habib Umar bin Zain bin Smith, Habib Umar bin Abdurrahman al Bar, Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahman as Saqqaf, dan Habib Muhammad bin Umar bin Thaha as Shafi as Saqqaf.

Beliau memiliki cukup banyak karya yang tersebar ke pelosok negara dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, seperti Inggris, Prancis, dan Melayu. Termasuk bahasa Indonesia sehingga kitab-kitab beliau dijuluki intisari dari kitab-kitab al Ghazali.

Beliau juga memiliki majelis ilmu di kota tempat tinggalnya. Diriwayatkan bahwa setiap orang yang menghadiri majelis beliau akan melupakan dunia, bahkan orang yang dalam keadaan sakit pun akan melupakan rasa sakitnya.

Beliau juga dikenal sebagai orang yang selalu mengikuti sunah-sunah Nabi Muhammad SAW. Oleh kaena itu, beliau menjadi panutan orang banyak. Akidah beliau adalah ahussunah wal jamaah alaa Imam Abu al Hasan al Asy’ari. Beliau telah menjelaskan tentang akidahnya ini dengan istilah al-firqah an najiyah (kelompok yang selamat) yang secara gamblang ditulis di akhir kitabnya yang berjudul an Nasha’ih ad Diniyyah.

Hari-hari Habib Abdullah bin Alwi al Haddad selal diisi dengan keistiqomahan dalam segala hal. Istiqomah dalam menjaga shalat lima waktu berjamaah, menghadiri majelis ilmu, membaca al Qur’an, dan doa-doa serta wirid.

Pada hari Kamis, 27 Ramadhan 1123 H, beliau terserang suatau penyakit.Hingga empat puluh hari dari sakitnya, ketika umurnya telah mencapai depalan puluh tahun dan sembbilan bulan kurang tiga hari, yaitu pada malam Selasa, 7 Dzulqaidah 1123 H, beliau wafat di rumahnya di al Hawi dan di makamkan di makbaroh Tarim yang bernama Basyar Hadramaut, Yaman. Wallahu’alam. Lahu, Al Fatihah….