Habib Luthfi Bin Yahya, Ulama Kharismatik Panutan dan Pelayan Umat

Ensiklopedi1381 Dilihat

MEDIASI – Ulama, Mursyid sekaligus Rais ‘Aam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (JATMAN) ini bernama lengkap Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya. 

Ketokohan Habib Luthfi di kalangan jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) ini tergolong begitu lengkap baik dari sanad keilmuan maupun nasab keturunan. Selain karena keilmuannya, ia mewarisi berbagai sanad thariqah mu’tabarah dari berbagai gurunya, secara nasab Habib Luthfi juga merupakan seorang keturunan tokoh pendiri NU, yang konon namanya tak mau disebut dalam sejarah pendirian NU.

Disampaikan Habib Luthfi beberapa tahun lalu dalam sebuah pengajian Harlah NU, kakeknya yang bernama Habib Hasyim bin Yahya merupakan ulama, selain Mbah Kiai Kholil Bangkalan, yang dimintai restunya oleh KH Hasyim Asy’ari ketika hendak mendirikan NU.

Perkenalan Awal dengan Sosok Abah Habib Luthfi

Penulis mulai aktif dan sering sowan Habib Luthfi semenjak akan mengundang beliau pada acara Festival Muharram yang dilaksanakan di Desa Tamansari Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. Perjumpaan awal kami terjadi saat bersama Habib Nizar bin Ali Al Habsyi di Makbaroh Habib Abu Bakar bin Thoha bin Yahya di Kayugeritan Karanganyar Pekalongan.

Kemudian, beberapa kali juga ketemu di nDalem rumahnya, bahkan yang spesial bagi penulis, pernah diajak bertemu di kamar pribadi Habib Luthfi bersama Habib Nizar dan Habib Ridho Al Habsyi. Ketika ‘matur’ awal untuk mengundang beliau hadir di acara yang kami selenggarakan, beliau langsung mengiyakan. Apalagi beliau tahu, bahwa di daerah kami masih banyak tersebar kegiatan kejawen dan termasuk daerah ‘abangan’ dimana masih banyak kegiatan seperti sintren, tayub/ronggeng, kuda lumping dan sejenisnya.

“Saya harus hadir disitu, tolong nanti dijadwalkan waktu yang pasnya Bib, biar saya bisa hadir Maulid dan pengajian di Tamansari,” begitu kata Habib Luthfi pada Habib Nizar sebagai penghubung utama kami berkomunikasi dan bersilaturahiem dengan beliau.

Ada pun tujuan kami mengundang dan mengharapkan kehadiran Habib Luthfi, selain ingin tabarrukan kepada durriyah nabi, juga ada 2 tujuan utama, yakni untuk membuka tabir cerita adanya makam keramat yang masih tersembunyi di Tamansari dan menyejukkan suasana masyarakat Tamansari karena persoalan perbedaan pandangan keagamaan, terutama dalam berthoriqoh, dimana saat itu terjadi gesekan antar penganut thoriqoh dalam memandang ajaran-ajaran yang dianutnya. Sehingga, dengan kehadiran beliau, sebagai Pimpinannya berbagai Aliran Thoriqoh mu’tabaroh, suasana keagamaan menjadi tentram dan sejuk kembali.

Alhamdulillah, pada acara Festival Muharram yang diinisiasi oleh anak-anak muda yang tergabung dalam SEMESTA ILMU dan P3SDM Bait Al Hikmah, Abah Habib Luthfi hadir. Sesuatu hal yang spesial bagi kami saat itu, beliau hadir datang jam 10 malam hingga jam 3 pagi, berdiskusi berbagai hal pasca acara Maulid Festival Muharram. Bahkan, beliau pun mengatakan bersedia hadir setiap saat kegiatan Festival Muharram yang diselenggarakan di Tamansari. Padahal saat itu, jadwal beliau sangat padat serta sangat sibuk melayani berbagai kepentingan umat dan negara.

Ulama Panutan Pelayan Umat

Habib Luthfi adalah sosok pelayan umat sejati. Dalam kesibukannya sebagai salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) RI dan pendakwah, setiap hari, rumahnya di kawasan Noyontaan Gang 7, Pekalongan, Jawa Tengah, selalu marak oleh tamu yang datang dari berbagai daerah di tanah air. Hampir 24 jam, pintu rumah ayah lima anak itu selalu terbuka untuk ratusan orang yang datang dengan berbagai keperluan. Mulai dari minta restu, mohon doa dan ijazah, sampai konsultasi berbagai problematika kehidupan. Biasanya mereka akan merasa tenang setelah mendapat nasihat.

“Mereka kan tamu saya, sudah menjadi kewajiban saya untuk menghormati tamu. Karena itu, saya selalu terbuka,” demikian jawab Habib Luthfi ketika ditanya tentang para tamunya.

Habib Luthfi juga menularkan ilmunya melalui majelis taklim yang digelar seminggu dua kali. Selain kajian mingguan, setiap ba’da Subuh hari Jumat Kliwon, Habib Luthfi juga membacakan kitab Jami’ul Ushul fil Auliya’.

Di antara tiga majelisnya, pengajian malam Rabu dan Jum’at pagi itulah yang selalu dihadiri ribuan umat hingga menutup Jalan Dr. Wahidin. Meski banyak mengkaji tasawuf, majelis taklim tersebut terbuka untuk siapa saja.

Satu hal yang khas, biasa disampaikan Habib Luthfi dalam setiap kesempatan ia mengisi ceramah pengajian di berbagai daerah, ia mendorong masyarakat untuk mencintai bangsa ini dengan setulus hati, serta menumbuhkan kebangaan akan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ditegaskan olehnya dalam sebuah acara pengajian, bagaimanapun keadaan bangsa ini, sejelek apapun kita mesti bangga dan mengakuinya sebagai tanah air. “Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku, ini lagu atau seremonial? Ini semestinya menjadi iqror, sejauh mana pengakuan kita terhadap Indonesia sebagai tanah airku. Tunjukkan Indonesia tanah airku, tidak hanya dalam lagu, tapi juga dalam perilaku,” tegasnya.

Oleh : A Azis Nurizun (Founder Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman)