Hari Pahlawan, Bung Tomo, Hadrotussyeikh KH Hasyim Asy’ari dan Ijazah Wirid Pertempuran 10 November

Khazanah952 Dilihat

MEDIASI– Bung Tomo dikenal sebagai tokoh nasionalis. Namun ternyata dia memiliki kedekatan dengan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) Hadrotussyeikh KH Hasyim Asy’ari. 

Kedekatan keduanya diungkap oleh Alkarhanaf, penulis buku Kiai Hasyim Asj’ari Bapak Umat Islam Indonesia.

Alkarhanaf dalam bukunya menyebutkan bahwa Bung Tomo dan Jenderal Soedirman pernah mengirimkan utusan pada KH Hasyim Asy’ari untuk mengabarkan ihwal Agresi Militer Belanda I yang sudah memasuki Singosari, Malang.

Hubungan Bung Tomo dengan Hasyim Asy’ari tidak hanya interaksi antarfigur besar secara nasional, tetapi sejumlah bukti juga menunjukkan bahwa Bung Tomo pernah menerima ijazah dari Hasyim Asy’ari.

Ijazah yang dimaksud merupakan semacam nasihat, ajaran, ataupun wirid yang diberikan oleh guru atau orang berilmu kepada muridnya, bukan ijazah dalam arti akademis.

Kisah Bung Tomo menerima ijazah ini disampaikan oleh Riadi Ngasiran yang merupakan Ketua Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) Kota Surabaya.

Seperti yang diceritakan pada majalah Tempo, Riadi menyampaikan bahwa Bung Tomo membakar semangat anak-anak muda Surabaya sekaligus memobilisasi kekuatan rakyat dengan dukungan dari Hasyim Asy’ari. 

Riadi mencontohkan bahwa dua hari sebelum insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945, Bung Tomo sempat memohon doa pada para kiai di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Dalam kunjungan tersebut, Riadi menduga bahwa Bung Tomo mendapat kertas berisikan fatwa Jihad melawan Belanda dari Hasyim Asy’ari.

“Sayang, sudah saya cari, tapi saya belum menemukan dokumen asli fatwa itu,” kata Riadi.

Terlebih lagi, Riadi juga menyampaikan bahwa Bung Tomo kemungkinan mendapat ijazah dari Hasyim Asy’ari untuk meneriakkan kalimat takbir saat memulai dan mengakhiri orasi. 

“Saya anggap ini ijazah dari kiai untuk santrinya,” kata Riadi.

Choirul Anam selaku penulis buku Pertumbuhan dan Perkembangan NU menyebut bahwa seruan takbir yang digaungkan oleh Bung Tomo bermanfaat untuk menambah semangat arek-arek Surabaya dalam melawan penjajahan Belanda.

Meskipun sering menyerukan ucapan takbir, menurut William H. Frederick, penulis buku Pandangan dan Gejolak: Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia, Bung Tomo bukan merupakan seseorang yang fanatik agama.

“Bung Tomo tak menganggap diri sebagai agamawan,” kata Frederick.