MEDIASI – Dalam perjalanan menuju masyarakat yang dicita-citakan sebagai Khoiru Ummah atau umat terbaik, Islam telah menetapkan prinsip-prinsip keadilan, kemanusiaan, dan kebersamaan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana proses kaderisasi atau pelatihan kepemimpinan dapat bersifat inklusif, merangkul semua individu tanpa diskriminasi.
Inklusivitas menjadi elemen penting untuk membangun kekuatan kolektif yang mampu mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata.
Kaderisasi dalam berbagai organisasi, termasuk lembaga pendidikan dan komunitas Islam, sering kali diwarnai oleh pengaruh kelompok tertentu yang membatasi partisipasi.
Mereka yang dianggap berbeda dalam hal latar belakang sosial, pandangan, atau kapasitas intelektual terkadang tidak mendapat kesempatan yang adil. Padahal, jika dilihat dari perspektif Islam, setiap individu memiliki potensi unik yang perlu dihargai dan dikembangkan.
Rasulullah SAW, sebagai pemimpin utama umat Islam, selalu mencontohkan prinsip inklusivitas. Beliau tidak membeda-bedakan orang berdasarkan status sosial, suku, atau kekayaan, melainkan menilai seseorang dari ketakwaannya dan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Dari sini, penting bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai yang sama dalam proses kaderisasi, memastikan bahwa semua individu, tanpa terkecuali, dapat berperan aktif dan memberikan kontribusi terbaiknya.
Mengapa inklusivitas begitu penting? Karena keanekaragaman adalah kekuatan. Dalam sebuah komunitas yang menghargai perbedaan, muncul inovasi, pemikiran segar, dan rasa saling menghormati. Semua ini memperkuat fondasi sosial dan spiritual umat, menjadikannya lebih tahan terhadap tantangan global yang semakin kompleks. Dengan memastikan bahwa kaderisasi tidak bersifat eksklusif, kita membantu menciptakan generasi pemimpin yang tidak hanya kompeten, tetapi juga empatik dan adil.
Mereka memahami bahwa umat terbaik adalah mereka yang memperjuangkan keadilan bagi semua, menghilangkan penghalang yang memisahkan, dan berjuang bersama untuk kebaikan bersama.
Inilah semangat inklusivitas yang harus terus kita kembangkan, agar kita benar-benar dapat mewujudkan Khoiru Ummah dalam realitas modern.
Oleh : Mustofa Ali Jinan (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid)