Mbah KH Maimoen Zubair, Ulama Nusantara Penggerak (Muharrik) dan Ahli Fiqih (Faqih)

Ensiklopedi1324 Dilihat

)MEDIASI –  Almaghfurlah KH Maimoen Zubair dikenal sebagai ulama yang karismatik yang  alim alamah. Selain dikenal sebagai seorang penggerak (muharrik) beliau seorang paka ahli fiqih (faqih).

Selama masa hidupnya, Mbah Moen begitu KH Maimun Zubair akrab dipanggil, beliau merupakan rujukan ulama Indonesia, dalam bidang fiqh. Hal ini, karena Kiai Maimun menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh. Mbah Moen merupakan sahabat dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz (Arab Saudi).

Selama hidupnya, Mbah Moen banyak berkiprah sebagai ulama penggerak, karena kedalaman ilmu dan kharismanya, Mbah Moen didaulat sebagai Ketua Dewan Syariah dan merupakan panutan serta sesepuh di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hingga akhir hayatnya.

Mbah Moen juga rujukan dan jadi role model politisi Islam Indonesia. Belaiu pernah menjadi aggota legislatif di DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah.

Politik dalam diri Mbah Moen yang juga salah satu Kiai Khos warga Nahdliyyin ini bukanlah tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialogkan Islam dan kebangsaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Mbah Moen merupakan putra pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Lahir pada hari Kamis Legi tanggal 28 Oktober 1928 Masehi atau bertepatan dengan bulan Sya’ban tahun 1347 Hijriyah di Desa Karang Mangu Kecamatan Sarang, Jawa Tengah.

Ayah Mbah Moen, Kiai Zubair merupakan murid kinasih Syeikh Sa’id Al-Yamani serta Syeikh Hasan Al-Yamani Al- Makky. Secara genealogi keilmuan, Mbah Zubair merupakan ulama yang mumpuni dan disegani, dikenal alim dan faqih.  Sementara ibu Mbah Moen, Nyai Mahmudah merupakan putri dari Kiai Ahmad bin Syu’aib, ulama kharismatik yang dikenal teguh memegang pendirian.

Kematangan ilmu Mbah Moen tidak ada satupun yang meragukan. Sejak usia dini, beliau sudah dibesarkan dengan ilmu-ilmu agama. Sebelum menginjak remaja, beliau diasuh langsung oleh ayahnya untuk menghafal dan memahami ilmu Sharaf, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah, dan bermacam Ilmu Syara’ lainnya.

Setelah digembleng ilmu oleh orangtuanya, Mbah Moen muda kemudian meneruskan pendidikan ke Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Di Lirboyo, Mbah Moen mengaju di bawah asuhan Kiai Abdul Karim. Selain itu, beliau juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Hingga umur 21 tahun, Mbah Moen muda kemudian melanjutkan belajar ke Makkah Mukarromah. Perjalanan menuntut ilmu di tanah suci ini, beliau didampingi oleh kakeknya sendiri, yakni Kiai Ahmad bin Syuáib.

Di Makkah, Kiai Maimun Zubair mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Mbah Moen muda juga meguru-mengaji ke beberapa ulama nusantara terkenal lainnya, di antaranya pada Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain.

Selepas kembali dari tanah Hijaz dan mengaji dengan beberapa kiai, Kiai Maimun kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya. Beliau dikenal sebagai pengasuh utama pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Kedalaman ilmu dari orang tuanya, menjadi basis pendidikan agama Kiai Moen sangat kuat.

Sejak 1965, Mbah Moen istiqomah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang. Pesantren ini, kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.  Sebagai seorang Muharrik dan Faqihuddin, Mbah Moen pun meninggalkan karya tulisan (kitab) yang menjadi rujukan santri-santri nusantara, diantaranya adalah kitab berjudul al-Ulama al-Mujaddidun.

Ulama kharismatik, Mbah Moen (KH Maimoen Zubair) yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) wafat di sela menunaikan ibadah haji di Makkah, Arab Saudi. Mbah Moen meninggal tepat pada hari Selasa, 6 Agustus 2019 dan dimakamkan di Makbaroh Ma’la di Makkah Al Mukarramah. Lahu… Al Fatihah