Mbah Umar, Waliyullah dan Syiar Islam di Walangsanga

Ensiklopedi1785 Dilihat

MEDIASI -Berada persis dibawah pohon beringin besar di pinggiran Kali Paingan, Walangsanga. Dimana ada sosok yang dipercaya sebagai waliyullah dikebumikan. Mbah Umar, begitu nama yang masyhur dikenal masyarakat dan para peziarah.

Selain mbah Umar, ada juga puluhan makam. Ya, karena makam mbah Umar memang terletak di kompkeks kuburan umum yang sebagian masyarakat Walangsanga juga dikebumikan disitu.

Riwayat hidup mbah Umar tidak terdokumentasikan secara lengkap, baik secara tertulis mau pun lisan. Konon, beliau merupakan salah satu orang yang ‘babat alas’ pejuang yang mensyiarkan Islam di sekitaran Walangsanga.

Silsilah mbah Umar ada yang menceritakan bahwa beliau merupakan keturunan dari Syeikh Nawawi al Bantani, yakni ulama besar dari Banten yang dimakamkan di tanah suci Mekah. Ada juga yang menyebutkan bahwa beliau keturunan dari Syeikh Syarif Hidayatullah atau yang dikenal Sunan Gunung Jati, Cirebon.

Guru Mbah Nur dan Pendakwah Islam Pertama di Walangsanga

Mbah Umar disebut sebagai salah satu guru utama Mbah Nur Walangsanga. Tapi, guru disini berarti secara artifisial (pernah bersinggungan langsung secara tatap muka fisik) atau guru secara spiritual-bathiniah (tidak bertemu secara langsung)? Ini masih menjadi misteri..

Namun yang pasti, Jika para peziarah berkunjung ke makam mbah Nur, mayoritas mereka kebanyakan mendatangi dan berkirim do’a dulu ke makam mbah Umar atau sebaliknya. Rasanya tidak afdhol jika melewati salah satunya. Karena memang posisi makam kedua waliyulllah ini berdekatan dan searah.

Secara umum, dilihat dari tipologi desa Walangsanga dan karakteristik masyarakatnya tergolong religius. Ini bisa dilihat dari keseharian budaya dan praktik keagamaan masyarakat. Selain banyak berdirinya lembaga pendidikan Islam mulai dari Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) hingga Pesantren, di Walangsanga juga tercatat beberapa ulama yang cukup populer seperti Almarhum KH Muhammad dan KH Rois Amin.

Sehingga jika ditarik ‘benang merah’nya, kesejarahan para tokoh-tokoh Islam yang dikebumikan di Walangsanga ada keterkaitan dengan syiarnya agama Islam. Karena, secara hukum basyariah, sesuatu ada berkembang tidak datang dari ruang yang kosong.

Kiprah perjuangan dan keteladanan yang diwariskan Mbah Nur, diterima dan nyata dirasakan berbagai kalangan, tidak hanya masyarakat Walangsanga saja, tapi juga sampai ke berbagai manca-nusantara.

Apa yang diperjuangkan Mbah Nur pasti berkelindan (saling menyambung) dengan apa yang dilakukan Mbah Umar. Maka, jika mbah Umar disebut sebagai pejuang Islam, minimal pensyiar Islam di wilayah Walangsanga dan sekitarnya, menjadi bukti dan titik temu kesejarahannya bahwa beliau insyAllah min auliyya illah. Wallahu’alam. Lahumaa…AL FATIHAH.

Oleh : Ibnu Darniah (Tukang Sapu di Semesta Ilmu)