Meresapi Misi Islam

Opini962 Dilihat

MEDIASI – Islam hadir bukan untuk klangenan sendirian, bukan untuk bersepi. Kalau Islam agama sunyi, dulu Rasulullah tak perlu kembali ke bumi; mending asyik berdzauq dan happy ria bersama wajah-Nya.

Juga, bukan agama tuntung-grumbyung pula bukan agama ajep-ajep tanpa tujuan. Buktinya ya Islam alhamdulilah sampai kepada kita sampai sekarang ini. Islam adalah agama tanggungjawab, agama misi.

Apa Misi Islam?

Islam diturunkan oleh Allah swt. menjadi pelengkap dari agama-agama sebelumnya, untuk menggenapi kesempurnaan rahmat Allah kepada makhluk sejagad raya: tanpa sekat, tanpa batas, tanpa pandang bulu!

Risalah Nabi Muhammad saw. adalah itu: rahmatan lil ‘alamin, yang tentu saja menjadi tanggungjawab penuh bagi siapa pun yang mengaku umatnya untuk mewujudkannya.

Apa itu Rahmat?

Secara teks, rahmat terdiri dari 3 huruf: Ra, Ha, dan Mim; seakar kata dengan dua teks “rahman” dan “rahim” yang menjadi salah satu dari asma Allah.

Mengacu kedua teks tersebut, maka rahmat berpadan makna cinta, kasih, sayang.

Mengapa Rahmat?

Ya karena begitulah Allah: Maha Pengasih, Maha Penyayang. Memfasilitasi kita berupa alam raya berikut jibunan sunnahnya, termasuk yang melekat di diri kita: akal dan hati berikut rerumbaian syaraf yang tersusun dari trilyunan sel.

Tidak hanya itu, Allah juga mengirimkan kita risalah kenabian sebagai pemandu wujudnya cinta, kasih, dan sayang di jagad raya.

Bagaimana Rahmat?

Teks “rahman” dan “rahim” adalah pintu pertama bagi asma Allah. Ini menegaskan bahwa Sang Maha Cinta tiada menghendaki lain kecuali mewujudnya cinta itu sendiri. Inilah misi suci, misi agung, misi dasar kita selaku umat Islam.

Ukiran pertama “bismillahirrahmanirrahim” di tiap awal hampir keseluruhan surat di Al-Qur’an adalah untuk menegaskan misi itu. Anjuran kepada kita untuk mematri “bismillahirrahmanirrahim” dalam setiap aktivitas adalah adalah untuk mengingatkan misi itu: merealisasikan cinta atas nama Sang Maha Cinta.

Bagaimana Mewujudkan Cinta?

Rasulullah saw. memberikan bantalan strategi mewujudkannya, yaitu: (1) dengan cara berakhlak mulia, dan (2) ciri akhlak mulia adalah menjadi bermanfaat.

Secara sederhana, cara berakhlak mulia adalah dengan laku-hidup mematuhi rambu-rambu dan tidak merugikan diri sendiri serta orang lain.

Menelisik Kemanfatan

Menjadi bermanfaat, secara ringkas adalah membahagiakan atau memudahkan hidup orang lain, melayani jagad raya;
baik dengan produk nilai, produk jasa atau produk barang.

Di sinilah kita perlu menelisik bersama, selaku umat Islam terbesar di muka bumi, dengan misi agung rahmatan lil ‘alamin dan memiliki tanggungjawab mewujudkannya.

Apa produk yang sudah kita suguhkan untuk melayani semesta raya, bagaimana jasa yang sudah kita berikan untuk kebahagiaan penghuni jagad raya, sudah seberapa banyak kita memberikan kemudahan bagi makhluk hidup?

Seberapa besar sumbangsih karya kita untuk kebahagiaan dan kemudahan dunia, seberapa luas rahmat atau bukti cinta kita menjangkau garis kutub selatan dan utara?

Ali Sobirin El-Muannatsy
PP NIHADLUL QULUB | Moga Pemalang, 15 Oktober 2022