Misi Suci Kaum Santri

Opini920 Dilihat

MEDIASI – Di bidang pembangunan sosial dan kemasyarakatan, kiprah kaum santri tidak perlu diperdebatkan lagi. Itu sudah berlangsung jauh sebelum era perjuangan kemerdekaan dan terus menguat sampai sekarang.

Kaum santri sudah mengisi ruang-ruang kehidupan masyarakat bahkan sampai ke tingkat di mana kalangan lain enggan ngopeni.

Nah, sejak era Gus Dur kiprah santri di bidang-bidang lain serupa air yang menjebol bendungan, begitu melimpah ke segala arah. Utamanya di bidang pemerintahan dan politik, kiprah santri mengalami penguatan yang luar biasa.

Doktor dan profesor dari kalangan santri juga makin banyak, dan sudah berkiprah sesuai profesinya, seperti di bidang kesehatan, teknologi, politik dan lain-lain. Bahkan di bidang teknologi digital sekarang pun sudah mewarnai.

Tantangan kaum santri ke depan tentu tidak ringan, seiring dengan tantangan kebangsaan itu sendiri. Mulai dari tantangan internal kebangsaan maupun tantangan global yang sudah sangat merangsek ke dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Di tengah krisis multidimensi dunia, santri perlu banyak membekali diri dengan visi yang lebih progresif dan mendunia dengan kedalaman ilmu-ilmu teknis di bidangnya.

Sebut saja krisis ketahanan pangan sebagai salah satu contoh. Santri memiliki misi untuk berpartisipasi memberikan jalan keluar yang konkret. Ada krisis energi, partisipasi santri dengan solusi nyata sangat ditunggu.

Di tingkat nasional krisis juga seabreg. Sebut saja krisis gizi buruk sebagai contoh, karya dan partisipasi santri untuk mengatasinya sangat ditunggu. Termasuk krisis banjir, krisis kekeringan, kelangkaan pupuk dan seterusnya membutuhkan uluran tangan kaum santri yang lebih massif.

Sebagai kaum suci yang mengemban amanat kenabian rahmatan lil ‘alamien, santri mempunyai tanggungjawab besar dalam partisipasi menyodorkan solusi baik yg bersifat paradigmatik maupun solusi teknikalnya.

Amanat yang dipanggul kaum santri itu tidak hanya untuk bersifat lokal atau nasional, tapi lebih dari itu adalah bersifat dunia bahkan semesta raya.

Melihat amanat tersebut, kegiatan ekspor ke seluruh dunia hukumnya menjadi wajib bagi santri, baik ekspor nilai, jasa, maupun ekspor barang yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk lainnya.

Amanat kiprah mendunia ini, para Masyayikh sudah memberikan wasiat yang tersemat di dalam logo salah satu organisasi Islam, dalam hal ini Nahdaltul Ulama (NU). Kita tahu NU merupakan organisasi yang terbesar mendidik kaum santri.

Logo organisasi NU ini, tali lentur yang mengikat bumi dan garis tegas huruf “dladl” yang melingkupi bumi, adalah pesan lil ‘alamin yang menjadi misi kaum santri. Ikatan tali yang lentur ini mengamanatkan sikap “washathiyah” atau moderatisme kaum santri. Garis tegas huruf “dladl” adalah misi nyata atau kiprah kebermanfaatan yang konkret.

Sekarang ini adalah era perdagangan bebas. Era di mana barang-barang dapat keluar-masuk melintasi batas negara dengan sangat mudah. Ditambah lagi, adalah era teknologi digital; era di mana arus informasi bebas tumpah ruah tanpa sekat sama sekali.

Artinya, ini adalah kesempatan emas bagi bangsa ini pada umumnya, dan kaum santri pada khususnya, untuk melakukan distribusi kemanfaatan kepada masyarakat dunia melalui produk-produk yang kita punya, baik nilai, jasa, maupun barang.

Sayangnya, kondisi pasar bebas pun kemajuan teknologi digital ini belum berimbas positif bagi kita. Yang terjadi justru sebaliknya, serbuan impor begitu dahsyat menggerus barang dan jasa pojok-pojok ekonomi masyarkat sekaligus mengikis nilai-nilai rumah kita.

Ini semua adalah jubelan problem riil era pasar bebas plus era digital di mana support praksis dan teknis yang massif dari kaum santri merupakan kebermanfaatan hakiki bagi masyarakat bangsa ini. Lebih dari itu, adalah mewujudkan distribusi kebermanfaatan konkret bagi masyarakat dunia.*

walLahu a’lam bi al-shawab

PP NIHADLUL QULUB | Moga – Pemalang, 18 Oktober 2022
Ali Sobirin El-Muannatsy