MEDIASI – Jaringan komunitas GUSDURian Jawa Tengah dan DIY mengadakan temu kangen dan belajar bersama dengan GUSDURian Kebumen yang konsen membidani dan merawat Rumah Inklusif.
Acara tersebut dihadiri oleh Penggerak GUSDURian Pemalang, GUSDURian Banjarnegara, GUSDURian Banyumas, GUSDURian Brebes, GUSDURian Kudus, GUSDURian Solo, GUSDURian Wonosobo, GUSDURian Purworejo dan perwakilan korwil serta Seknas GUSDURian.
Kegiatan belajar dari rumah inklusif berlangsung selama dua hari, Sabtu-Minggu 18-19 September 2023.
Sebagai informasi, Rumah Inklusif Kebumen merupakan sebuah wadah yang merawat dan membina anak berkebutuhan khusus atau biasa disebut difabel.
Seiring berjalannya waktu bukan hanya anak berkebutuhan khusus saja yang diwadahi oleh Rumah Inklusif akan tetapi juga keluarga anak yang penyandang disabilitas dilibatkan untuk terlibat aktif. Rata-rata penghuni rumah inklusif merupakan mereka yang termarjinalkan dan berangkat dari keluarga lapisan paling bawah.
Acara berlangsung selama dua hari, hari pertama kita belajar berkomunikasi dengan mereka penyandang disabilitas. Peserta diwajibkan untuk berbicara atau berkomunikasi dengan empat narasumber secara bergantian. Narasumber pertama adalah Pak Hakim seorang yang kehilangan kemampuan melihatnya. Kedua adalah pak Mul yang kehilangan tangan kirinya. Ketiga Solihati seorang tuna rungu dan tuna wicara. Dan Keempat adalah Ibu Fatah yang istiqomah merawat anaknya yang mengalami cacat dan gangguan pertumbuhan.
Setelah peserta berkomunikasi dengan keempat narasumber tersebut dan setelah berkomunikasi dengan mereka peserta membuat paparan dan tanggapan. Kemudian dipresentasikan dalam forum untuk didiskusikan.
Pada malam harinya ada Talk Show yang dibawakan oleh Mba Muinatul Khairiyah selaku ketua Rumah Inklusif Kebumen. Beliau menyampaikan banyak hal, mulai dari anaknya sendiri yang memiliki riwayat penyakit disleksia. Sehingga harus berfikir ekstra dalam merawat dan mendidik anaknya.
Dalam perkembanganya Pembina Rumah Inklusif yang biasa disapa Mba Iin ini menjelaskan bahwa awal kegiatanya merupakan forum obrolan para keluarga yang anaknya dikaruniai kebutuhan-kebutuhan khusus. Curhatan dan obrolan-obralan itulah yang melahirkan kekuatan dan cita-cita untuk terus semangat dan berjuang.
Rumah Inlusif sendiri memiliki beberapa kegiatan, setiap ahad diadakan arisan, disana juga dibentuk lumbung tempat untuk menabung dan meminjam yang dapat digunakan untuk kebutuhan mendesak dan untuk modal usaha para keluarga di rumah inklusif.
Selain itu, Rumah Inklusif juga konsisten melaksanakan tadarus Al-Quran setiap malam. Lalu di Malam Sabtu diadakan pembacaan Al-Barzanji. Sedangkan setiap Jumat Pon ada kegiatan yang disebut Mujahadah. “Di acara Mujahadah itu kita belajar untuk tidak hanya memikirkan dunia saja tapi juga memikirkan akhirat. Jadi tiap Jumat Pon kita lakukan Mujahadah dan terapi aura,” terang Mba Iin.
Kegiatan yang lainnya adalah membatik. Rumah Inklusif hingga sekarang kerap memproduksi kain batik dengan motif pegon. Sebuah aksara Arab berbahasa Jawa yang terkenal untuk penulisan-penulisan kitab klasik di Pesantren.
Selain itu, kegiatan lain yang telah dan akan dilaksanakan secara berkala Rumah Inklusif+ Kebumen adalah Fashion Show. Yang menarik perhatian, dalam ajang ini para Peragawan dan peragawati adalah para anak berkebutuhan khusus itu menjadi modelnya dalam kegiatan tersebut. Hal ini tentu merupakan sebuah terobosan yang unik dan berbeda.
Selanjutnya, pada hari kedua peserta para peserta acara diajak meninjau Galeri Rumah Inklusif. Dalam ruangan Galeri banyak dokumentasi hasil kerajinan dan batik pegon yang dibuat oleh mereka para penghuni rumah inklusif.
Setelah berkunjung ke Galery peserta dari masing-masing wilayah disuruh untuk merumuskan rangkaian tindak lanjut yang nantinya dapat diimplementasikan pada komunitasnya sendiri-sendiri.
Selanjutnya penutupan acara yang mana dalam kesempatan itu Mba Iin sapaan akrabnya menjelaskan bahwa gerakan semacam ini dapat dilakukan oleh teman-teman GUSDURian di daerahnya dan dapat berkolaborasi dengan Rumah Inklusif Kebumen.
Selain itu, adanya harapan konkret dari acara tersebut. Ia berharap setelah acara ini jangan hanya mandeg di tataran inspirasi tanpa diringi aksi.
Mba Iin dan Kang Tajib (suami Mba Iin) juga mengharapkan peserta yang merupakan komunitas GUSDURian di seluruh Jateng dan DIY ini memberikan kontribusi nyata terhadap pendampingan kelompok difabel baik secara kultural maupun struktural. Ia pun menegaskan Rumah Inklusif+ Kebumen siap berkolaborasi dengan jejaring GUSDURian di daerah.
Oleh : Wildan Azhar Mayzan (Penggerak GUSDURian Pemalang)