Senator DPD RI Menolak Keras Upaya Stigmatisasi Rendahkan Institusi Pesantren

News2238 Dilihat

MEDIASI – Anggota DPD RI, Abdul Kholik mengatakan bahwa Pesantren adalah institusi pendidikan yang sudah ada sejak zaman kolonial. Lembaga ini menjadi pusat pendidikan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Senator dari Jawa Tengah ini merasakan bahwa akhir-akhir ini seperti ada upaya stigmatisasi negatif terhadap keberadaan lembaga pendikan pesantren. Terakhir tampak jelas pada indikasi kasus penghinaan terhadap Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa ‘Ning’ Imaz selaku pengasuh Pesantren Lirboyo Jawa Timur.

”Saya menolak keras adanya stigmatisasi mengarah pada merendahkan institusi pesantren,” katanya pada rilis yang diterima MEDIASI, Rabu (14/9/2022).

”Adanya kasus penghinaan kepada tokoh pesantren saya lihat cenderung di latar belakangi soal persaingan politik. Hal seperti ini harus dihentikan. Pesantren harus diberi dukungan oleh semua pihak dalam menjalan pendidikannya yang tujuannya mencerdaskan bangsa,” lanjutnya.

Sebagai bagian dari warga Nahdiyyin, Kholik pun menentang upaya-upaya mendiskreditkan pesantren termasuk penghinaan dan pelecehan pada martabat para kiai dan nyai sebagai pengasuh pesantren.

“Sebelum kasus ini sudah muncul banyak kasus yang mengarah pada usaha mendiskreditkan pesantren seperti santri yang diangggap calon teroris, hingga kasus kekerasan pesantren. Padahal dalam hal kekerasan sebenarnya terjadi di banyak lembaga pendidikan lain seperti kasus kekerasan di IPDN, kasus akademi kelautan, bahkan terakhir kekerasan terjadi kekerasan di tubuh institusi kepolisian. Ini artinya pola umum yang masih terjadi di masyarakat kita,” jelasnya.

Karena itu, lanjut Kholik, penegak hukum harus segera bertindak tegas kepada pihak-pihak yang telah melecehkan pengasuh pesantren Lirboyo tersebut. Sebab, kalau terus dibiarkan maka akan berulang dan pesantren akan dirugikan.

”Bagi kami Lirboyo adalah pesantren tua dan besar. Santrinya sudah tersebar di seluruh Indonesia. Mereka sudah menjadi ulama dan kiai di berbagai daerah. Mereka kini sudah menjadi panutan masyarakat,” tegasnya.

Seperti diketahui, Ning Imaz, yang merupakan salah satu Nyai Pengasuh Pesantren Lirboyo, menjadi bahan olok-olok dan pelecehan seksual ketika videonya tentang ceramah kehidupan di surga dikomentari pegiat media sosial (medsos) Eko Kuntadhi cs.

Pada status medsosnya, Eko mengunggah video berjudul ‘Tolol tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi selangkangan’ dalam video tausiyah Ning Imaz.

Setelah mendapat teguran keras dari akun Nadirsyah Hosen @na_dirs alias Gus Nadir, Eko pun langsung menghapus status tersebut.

“Yang Anda posting itu video Ning Imaz dari Ponpes Lirboyo, istri dari Gus Rifqil Moeslim. Beda pendapat hal biasa. Tapi gak usah melabeli dengan kata tolol. Posting saja video aslinya. Bukan yang sudah ditambahi kata-kata tolol. Belajarlah untuk santun dalam perbedaan,” tegas Gus Nadir dalam cuitan twitternya.