MEDIASI – Much Zaenal, pria asal desa Lebakwangi, Jatinegara Tegal ini setiap harinya bekerja sebagai tenaga honorer guru di SMK Grafika Lebakwangi. Penghasilan dari sekolah swasta tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Walau pun masih melajang, ia tinggal bersama bapaknya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Ia pun kemudian merintis usaha ‘home industry’ budidaya Jamur Tiram guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan bagian dari membangun kemandirian usaha.
Zaenal mulai menggeluti budidaya Jamur Tiram sejak tahun 2011, setelah belajar mengikuti pelatihan pada temannya. Melalui pelatihan tersebut, ia mendapatkan ilmu mengenai teknik budidaya Jamur Tiram, mulai dari saat pembuatan baglog, pembibitan, persiapan ruangan, perawatan dan cara panennya.
Ia tergugah ingin menggeluti usaha budidaya ini karena setelah melakukan survei, mendapati kenyataan bahwa permintaan terhadap jamur tiram terbilang tinggi di daerahnya kecamatan Jatinegara. Selain itu, ia pun butuh pemasukan tambahan dan melihat lahan pekarangan dibelakang rumahnya cukup untuk kegiatan budidaya pertanian.
Jamur tiram yang memiliki ciri khas berbentuk lebar seperti cangkang tiram, berwarna putih dan tumbuh bergerombol seperti payung ini memiliki banyak kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
Di tengah meningkatnya minat masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat, di mana salah satunya dengan mengonsumsi menu vegetarian, jamur tiram menjadi salah satu bahan pangan andalan.
Jamur tiram merupakan makanan yang menyehatkan karena memiliki kalori yang rendah dan hampir tak memiliki lemak. Vitamin D dan B12 juga terkandung dalam jamur ini dan sangat cocok untuk dikonsumsi.
Jamur tiram bisa diolah menjadi berbagai produk kuliner yang lezat. Hal inilah yang membuat prospek bisnis jamur tiram amat menggiurkan bagi Zaenal kala itu, artinya budidaya jamur tiram merupakan salah satu peluang agribisnis di bidang pertanian yang menguntungkan.
Beruntung melalui bimbingan temannya yang sukses budaya jamur tersebut, ia dapat ilmu teknik budidaya jamur tiram, mulai dari pembuatan baglog, pembibitan, persiapan ruangan, perawatan hingga cara panennya.
Awalnya Zaenal hanya memanfaatkan 500 baglog (media tanam) yang ia beli dari temannya, kemudian ia membuat dan mengolah sendiri dengan membeli alat pengolahan dan belanja bahan baku bermodal pinjaman dari perbankan.
Keseriusan Zaenal dalam berbudidaya jamur tiram ini, kemudian membuatnya mendapatkan apresiasi dan pelatihan lanjutan. Ia pun mampu mengembangkan usaha sehingga bisa memiliki 5.000 baglog.
Saat kondisi COVID-19, usaha Zaenal sempat terhenti karena berbagai faktor, termasuk kendala dipermodalan untuk pemasaran dan peningkatan produksi. Kemudian, ia pun mengajak teman-temannya untuk membudidayakan jamur tiram tersebut dengan modal seadanya, namun ternyata tidak ada respon yang memuaskan. Padahal ia berharap, dari hasil budidaya ini, bisa bersinergi dengan teman-temannya serta mampu membuat beragam produk turunan dari jamur tiram seperti sate, nugget, bakso, jamur crispy, stik jamur dan pangsit.
“Saya padahal beberapa kali mengajak teman-teman guru dan aktifis organisasi, baik IPNU/IPPNU dan lainnya untuk bareng-bareng berwirausaha. Namun, tidak banyak yang merespon serius. Mentalnya masih mental follower, bukan entrepreuner teman-teman kita,” kata Zaenal yang juga Ketua Cabang Persatuan Guru Swasta Indonesia (PGSI) Kecamatan Jatinegara Tegal.
Namun demikian, Zainal tidak putus asa dan menyerah untuk membangun wirausaha dan mengajak generasi muda di Jatinegara untuk menjadi Wirausahawan. Ia pun berinisiatif membentuk Kelompok Budidaya Jamur Tiram “Dadi Jaya” di Desa Lebakwangi, Kecamatan Jatinegara Tegal.
Melalui Kelompok Usaha ini, ia berencana akan mengembangkan usaha budidaya Jamur Tiramnya mulai dari hulu produksi hingga hilir pemasaran menjadi produk olahan makanan. Walau masih terkendala dukungan dan permodalan, ia optimis usahanya akan menjadi alternatif yang potensial bagi teman-temannya yang ingin membangun kemandirian ekonomi atau berwiraswasta. Ia pun siap bersinergi bekerjasama dengan berbagai komponen, baik individual mau pun kelompok dan stake holder pemerintah untuk mengembangkan usahanya, agar Jatinegara bisa jadi sentral budidaya Jamur Tiram.
“Saya tetap semangat, dengan membuat Kelompok Budidaya Jamur Tiram ini, saya siap bekerjasama dengan siapa pun yang mau hidup mandiri dan jadi wirausahawan, termasuk membangun kemandirian organisasi. Dengan membentuk kelompok usaha ini, kami juga akan menggelar Workshop pelatihan, pemasaran dan olahan jamur untuk siapa pun yang berminat menjadi usahawan. Guru tetap jalan, itu bagian dari kegiatan sosial saya. Sementara, berwirausaha bagian daripada Bisnis peningkatan ekonomi, biar mandiri dan tenang dalam mengajar,” ungkap Zaenal.