Anggota DPRD Jateng MG Marhaenismanto Berharap Generasi Muda Lestarikan Seni Tradisional Kuda Kepang

Nusantara1039 Dilihat

MEDIASI – Di tengah gempuran budaya pop modern dan digital, ternyata kesenian Kuda Kepang masih jadi primadona masyarakat daerah.

Animo masyarakat Desa Tamansari Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal dan sekitarnya terhadap kesenian khas Kuda Kepang ternyata masih tinggi.

Hal ini dibuktikan saat anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah, MG Marhaenismanto atau akrab disapa Oni, menggelar kegiatan ‘Sosialisasi Seni Tradisional Kuda Kepang’ di lapangan desa Tamansari. Masyarakat Tamansari dan wilayah kecamatan Jatinegara Utara berbondong-bondong datang untuk menikmati kesenian tradisional tersebut.

Anggota DPRD Provinsi daerah pemilihan Jateng 11 itu mengaku sangat mengapresiasi sikap masyarakat yang masih menggemari kesenian lokal tersebut.

“Kesenian Kuda Kepang atau lebih dikenal Ebeg ini tidak hanya ditonton tapi perlu juga dilestarikan generasi mudanya,” kata Oni yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Tegal.

Karena itu, Oni berharap sosialisasi melalui kesenian tradisional dapat terus dilanjutkan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam pelestariannya.

“Perlu sinergi semua pihak agar kesenian tradisional bisa terus dikembangkan di tengah derasnya arus budaya populer,” ungkapnya.

Sosialisasi kesenian kuda kepang yang diselenggarakan oleh anggota legislatif ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan, melestarikan, dan mengapresiasi seni budaya tradisional yang khas dari daerah Tegal-an.

Kuda kepang adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa dan banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Dalam sosialisasi ini, anggota DPRD provinsi Jateng ini bekerja sama dengan komunitas seni kuda kepang setempat, tokoh masyarakat, serta pihak terkait lainnya untuk mengadakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kesenian tersebut.

Kesenian Kuda Kepang atau lebih dikenal dengan Ebeg sarat dengan filosofi budaya. Ebeg merupakan penggambaran orang yang sedang mabuk/ hidupnya tak teratur tapi saat menggunakan ‘jaran’ maka keduanya menjadi harmonis dan serasi iramanya.