MEDIASI – Masalah populasi penduduk yang terlalu besar jumlahnya hingga ketimpangan fiskal dinilai menjadi tantangan dalam pembangunan Jawa Tengah (Jateng) saat ini. Karena itu, aglomerasi atau pemusatan kawasan menjadi salah satu jalan keluar untuk pembangunan Jateng, seperti membangun kawasan Soloraya.
Hal itu disampaikan anggota DPD RI / MPR RI, Abdul Kholik, dalam Rembuk Soloraya dengan tema Integrasi Ekonomi untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Radya Litera,Griya Solopos, Selasa (29/7/2025).
Menurut Kholik, setidaknya ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pembangunan Jateng berdasarkan hasil pengawasan DPD. Diantaranya, Jateng kelebihan populasi karena terdapat sekitar 38,23 juta jiwa di dalamnya. Selain itu, sampai saat ini Jateng masih terlalu bertumpu pada Jateng Utara (Pantura) sebagai pusat pembangunan.
Kholik misalnya menyebut masih ada disparitas antarkawasan. Dia mencontohkan tingkat kemiskinan di Semarang hanya 4% sedangkan di Kebumen 16,76%.
Secara keseluruhan, sambung Kholik, populasi penduduk miskin di Jateng juga disebut masih besar, yaitu sekitar 3,70 juta jiwa (10,47%). Ketergantungan pada produk dari luar juga disebut masih sangat berpengaruh. Sementara produk unggulan daerah minim.
Hasil pengawasan DPD juga menunjukkan masih kurangnya konektivitas infrastruktur di Jateng, serta adanya ancaman dan tekanan kerusakan ekologis.
Menurut Kholik lebih lanjut, Jateng bisa disandingkan dengan sebuah negara jika dilihat dari sisi populasi. Populasi Jateng disebutnya dua kalinya populasi Kamboja yang hanya sekitar 17 juta jiwa. Populasi Jateng juga disebut lebih besar dari Australia yang hanya sekitar 27 juta jiwa. ”Jadi populasi ini tidak pas untuk sebuah propinsi,” kata Kholik.
Ia menyebut dari sisi fiskal Jateng masih di taran provinsi dengan anggaran maksimal Rp111 triliun. Kholik menilai hal itu sangat timpang dengan populasi yang ada.
Untuk itu, ia merekomendasikan akselerasi.
”Perlu ada lompatan untuk bisa mengejar ketertinggalan opportunity [peluang] yang terbuang, dan mengatasi masalah yang semakin berat. Pertama, dibutuhkan pusat-pusat daerah,” ungkapnya.
Berbicara mengenai sektor pengembangan, menurutnya ada tiga sektor yang menjadi tumpuan fundamental. Di antaranya adalah sektor agro atau pertanian, maritim, dan pariwisata.
Untuk sektor maritim, kata Kholik, dapat dikembangkan di wilayah utara dan selatan. Sedangkan sektor pertanian dan wisata bisa dikembangkan di semua wilayah.
Kemudian dalam mengembangkan investasi, menurutnya, mestinya juga tidak lepas dari sektor-sektor tersebut.
Selanjutnya, ia menilai perlu ada konsolidasi wilayah yang lebih efektif. Karena itu, sambung Kholik, DPD merekomendasikan maksimal dibentuk lima zona. Setelah itu, kolaborasi antarkawasan perlu ditingkatkan. Ia meyakini hal itu bisa memunculkan pusat-pusat pertumbuhan baru ke depannya.
Rembuk Soloraya menghadirkan Abdul Kholik, Ketua Kadin Kota Solo Ferry Septha Indrianto, dan acara dimoderatori COO Solopos Media Group, Rini Yustiningsih. Acara ini juga dihadiri Ketua Hipmi Solo Wahyu Adi Wibowo, Ketua REI Komisariat Soloraya Oma Nuryanto, perwakilan PHRI, komunitas UMKM, akademisi, dan perwakilan masyarakat.