KH Busyro Zaini Badak, Kiai dan Politisi Sederhana yang Dermawan

Ensiklopedi1797 Dilihat

MEDIASI – Desa Badak merupakan salahsatu desa di wilayah kecamatan Belik Kabupaten Pemalang yang letak geografisnya berbukit-bukit. Konon nama ‘Badak’ disematkan pada desa ini oleh sesepuh desa bernama Mbah Suragenta karena di wilayah desa tersebut dulunya banyak kubangan atau waduk air untuk mandi hewan Badak.

Di Desa Badak, terdapat daerah distrik (dusun atau pedukuhan) yang cukup terpencil yakni Dusun Simadu. Di dusun ini setiap 14 Syawal selalu diadakan Peringatan Haul tokoh ulama karismastik, almaghfurlah KH Busyro Zaini bin Kiai Khuzaeni, yang digelar oleh para murid-santri dan berbagai masyarakat umum lainnya. Karena semasa hidupnya, beliau tidak hanya dikenal di wilayah Badak dan Belik saja, tapi juga dari berbagai penjuru Pemalang dan sekitarnya. Kiai Busyro, demikian ia biasa disapa, wafat pada 14 Syawal1431 H atau 23 September 2010 M.  

Kiai yang terlahir dari trah keturunan ulama Pasuruan dan Banjarmasin Kalimantan ini dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana namun sangat dermawan. Ketika ada tamu atau pedagang keliling, pendiri Pondok Pesantren Al Barkah Simadu Badak ini biasanya memberikan uang atau membeli dagangannya, meski tidak membutuhkan. Hal ini dilakukan semata-mata agar pedagang tersebut senang mendapatkan rezeki untuk keluarganya.

Tak hanya peduli dengan orang lain, Kiai Busyro juga termasuk orang yang sangat berhati-hati (wira’i) dan sangat teguh pada syariat Islam.

“Rama (bahasa Banyumasan disebut: Bapak) itu hidupnya sangat sederhana, tapi punya sifat loman (dermawan). Beliau memang lebih mengutamakan orang lain. Selain itu, beliau sangat berpegang teguh pada syariat Islam, termasuk dalam pilihan berpolitiknya, ia selalu mengedepankan nilai-nilai spirit agama dalam setiap laku hidupnya,” tutur Ki Slamet dari Cilongok Purwokerto tentang sosok yang dianggap sebagai gurunya walau pun ia sendiri tidak mondok atau nyantren di pesantren Almaghfurlah KH. Busyro Zaini, saat ditemui MEDIASI, beberapa waktu lalu.

Menurut Ustadz Mu’alim, murid sekaligus mantunya Kiai Busyro, ia dilahirkan dari keluarga yang kokoh dan fanatik terhadap ajaran agama. Hal ini tidak lepas dari didikan kedua orang tuanya, Kiai Khuzaeini bin Kiai Usman yang seorang Hafidz dan Nyai Thoyyibah. Tidak heran, karena bila ditelusuri dari nasab ibunya, mantan Pengurus Majelis Pertimbangan PPP Kabupaten Pemalang ini masih dalam garis keturunan pejuang dan waliyullah, Syaikh Yasin Pasuruan, yang konon masih punya hubungan kerabat dengan Mbah Kiai Hamid Pasuruan.

Kiai Busryo dikenal sebagai sosok sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Corak kehidupan keluarga sama sekali jauh dari citra kemewahan. Terlebih, kiai yang juga sahabat dekat KH Abu Hasan (Mbah Kiai Mukhasan, Mursyid Syadziliyyah Gunungtiga) ini, sangat gigih dalam syiar agama, walau pun di daerah yang terpencil sekali pun. Salah satu prinsip hidupnya adalah kalau kita sudah meraih berbagai macam ilmu terlebih ilmu agama, maka kebahagiaan yang akan kita capai tidak saja kebahagiaan akhirat, akan tetapi kebahagiaan dunia pun akan tercapai.

Paling tidak ada 5 prinsip ajaran Kiai Busyro yang ia wasiatkan untuk keturunan dan murid-muridnya yang tercatat dalam buku aurod pesantren yang ia dirikan, yakni; Semua santri mengamalkan ilmunya dimana-mana tempat; Jangan sampai mengganggu orang lain; Jangan meninggalkan sholat 5 waktu; Jangan sampai berzina; dan Jangan bberani kepada orang tua kandung. Kiai yang terkenal sangat teguh prinsip ini merupakan salah satu ulama yang mumpuni dalam memberikan materi dalam tiap mauidhohnya. Bukan hanya ilmu agama, namun juga pemahamannya terkait masalah bidang sosial dan politik. Sehingga, jamaah yang mengikuti pengajian yang ia sampaikan pun merasa puas karena cara penyampaiannya mengikuti tingkat kemampuan jamaahnya. Tidak heran, banyak santrinya yang sekarang menjadi tokoh  panutan umat di daerahnya masing-masing. Wallahu’alam bisshowab…(Bersambung)

Oleh : A Azis Nurizun (Founder Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman)