Mbah Haji Mihrob Moga, Cermin Kiai dan Politisi yang Membumi

Ensiklopedi1326 Dilihat

MEDIASI – KH Muhammad Michrob bin KH Abdul Khaer bin Kiai Yasir bin Suryadirada atau yang biasa disapa Mbah Haji Mihrob adalah salah satu tokoh kharismatik di wilayah Moga pada era Orde Baru. Beliau bukan hanya dikenal oleh masyarakat Moga saja, juga dikenal luas oleh masyarakat Pemalang dan sekitarnya. Bahkan, selevel Ketua PBNU era tahun 1955-an KH Idham Kholid saja pernah datang ke kediamannya di Moga.

Mbah Mihrob dikenal sebagai aktifis sosial politik di organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ia pernah menjadi anggota legislatif  di DPRD Pemalang pada era tahun 1969-an mewakili Partai NU ketika masih menjadi organisasi sosial politik (sebelum khitoh NU 1982) dan Ketua MWC NU Kecamatan Moga. Selain itu ia juga dikenal ahli dalam diplomasi dan juga terkenal oleh masyarakat luas karena ketawadhuan akhlaknya yang sederhana ‘membumi’ (memasyarakat).

Salah satu bukti ketawadhuaannya, seperti yang diceritakan keponakannya yang bernama Kiai Nasuha Moga, setiap Mbah Mihrob bertemu atau bertamu ke seseorang sekalipun pada orang biasa (awam) ia selalu minta do’a kepada orang tersebut atau tuan rumah yang ditamuinya.

Walapu pun Mbah Mihrob  termasuk salah satu tokoh kiai dan politisi Islam yang disegani pada zamannya, beliau tidak  pernah membedakan setiap orang yang bertemu atau mengenalnya. Pejabat atau orang biasa ketika datang sowan ke beliau akan mendapat penghormatan yang sama. Bahkan, pada zaman perjuangan kemerdekaan era 1940-an, ia mempunyai sahabat dekat seorang Tionghoa (China) yang bernama Uncong.

Meski beliau seorang terpandang dan anggota dewan legislatif, namun Mbah Mihrob sangat dekat sekali dengan masyarakatnya, dan keikhlasannya dalam ngurusi masyarakat dan khidmah di organisasi NU sungguh sangat luar biasa, terbukti ketika beliau diundang masyarakat umum selagi tidak ada udzur Syar’i beliau selalu hadir untuk memenuhi undangan tersebut, sekalipun jauh dan harus berjalan kaki.

Sifat Tawadlu (rendah hati) dan kepedulian serta silaturahimnya turun kebawah (turba) sebagai anggota DPR dan Pimpinan NU sungguh sangat luar biasa sekali. Diceritakan, pernah suatu ketika Kiai Mihrob turba dari Moga ke Walangsanga kemudian Pelakaran, Pulosari, Belik hingga Watukumpul berjalan kaki, demi memantau kondisi masyarakat dan bersilaturahim dengan tokoh-tokoh dari kecamatan lain.

Dari kejadian ini ada sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi generasi saat ini, terutama yang sedang diberikan atau mengemban amanah kepemimpinan, agar bisa lebih peduli, melayani dan tidak terlena oleh kekuasaan yang dimilikinya dengan tampilan glamour (mewah). Karena akhlaq lebih utama dari pada ilmu. Semoga kita semua dapat meneladani Mbah Kiai Mihrob. Untuk beliau dan para Kiai Desa yang sudah sumareh (meninggal). Al Fatihah… (Bersambung)

Oleh : A Azis Nurizun (Founder Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman)