Mengenal Keturunan Ketujuh Juru Kunci Makam Waliyullah Mbah Hadiyana Atasangin

Publika1890 Dilihat

MEDIASI – Mbah Yastibi. Begitu nama pria kelahiran tahun 1934 ini akrab disapa. Beliau lahir di desa Majalangu kecamatan Watukumpul kabupaten Pemalang. Beliau saat ini mengampu makam kramat Mbah Hadiyana Atasangin dan Syeikh Darul Hamzah yang pesareannya terletak di makbaroh dusun Pekuncen Majalangu.

Mbah Yastibi menuturkan bahwa dirinya merupakan keturunan Ketujuh sebagai juru kunci yang mengampu makam Mbah Hadiyana Atasangin yang disebut sebagai pendiri tlatah Kabupaten Pemalang dan Syeikh Darul Hamzah yang dipercaya sebagai Bupati Kedua Kabupaten Pemalang.

Mbah Yastibi mengampu sebagai juru kunci sejak tahun 1960-an menggantikan ayahnya yang mangkat (meninggal). Beliau disebut sebagai juru kunci terlama. Hampir 60 tahun-an ia mengemban amanat sebagai juru kunci makam kramat Pekuncen.

Saat Rombongan Penggerak GUSDURian Pemalang dan Komunitas Taman Baca ‘Madja Baca’ datang untuk berziarah, beliau menyambut kami dengan ramah dan santun. Di usianya yang sudah sepuh umur 88 tahun, beliau tergolong masih cukup energik. Padahal untuk mencapai lokasi makam kramat, kita harus melewati ‘undagan’ tangga jalan yang cukup banyak dan tinggi. Ya, karena lokasi makam Mbah Hadiyana berada di atas perbukitan makbaroh Pekuncen.

Nama ‘Pekuncen’ sendiri menurut Mbah Yastibi diambil dari kata ‘pengungsian’. Karena konon, setelah Mbah Hadiyana Atasangin ‘bubrak babat alas’ syiar Islam dan mendirikan Kadipaten atau Kabupaten Pemalang dan menunjuk Pangeran Benowo sebagai Bupati Pemalang, ia mengungsi ‘uzlah’ ke Majalangu, ditempat dimana saat ini ia dikebumikan yakni di Pekuncen Majalangu.

Majalangu disebutkan sebagai desa tertua di Kabupaten Pemalang. Majalangu diambil dari kata ‘buah Maja’ dan ‘Langu’ yang artinya bau tak sedap. Di makam kramat Pekuncen sendiri, hingga saat ini masih terdapat pohon buah Maja yang berwarna hijau. Buah Maja tersebut tidak dikonsumsi, karenan dipercaya mengandung senyawa racun yang cukup berbahaya.

Menurut Mbah Yastibi, desa Majalangu dikatakan masih ada keterkaitan dengan Majapahit atau Mojokerto (Jawa Timur) dan Majalengka (Jawa Barat). Majalangu sendiri dikatakannya merupakan ‘Puser e Jawa’. Desa ini memang berada digugusan pegunungan antara Gunung Slamet dan Pegunungan Dieng serta berada di wilayah propinsi Jawa Tengah.

Mbah Hadiyana Atasangin mempunyai keterkaitan erat dengan kesejarahan keberadaan Kabupaten Pemalang, yang dikatakan sejarahnya belum tuntas dan masih kontroversi kapan mulai berdirinya!. Umur situs makam kramat ini sendiri dikatakan oleh Mbah Yastibi berkisar 440-an tahun. Seusia dengan Kabupaten Pemalang yang saat ini, yang berumur 440-an tahun dan Hari Lahir (Harlah)nya diperingati setiap bulan Januari.

Ada pun kedatangan kami berziarah merupakan ke Makam Pekuncen Majalangu merupakan bagian dari rangkaian acara Peringatan Haul Guru Bangsa dan Presiden ke 4 Republik Indonesia yakni KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Haul Gus Dur tahun 2022 merupakan Haul Ketigabelas yang diperingati Komunitas GUSDURian Pemalang sepanjang bulan Desember hingga Januari.

Rangkaian Peringatan Haul Gus Dur Ketigabelas yang diperingati GUSDURian Pemalang dimulai sejak tanggal 29 Desember 2022 hingga Akhir Januari 2023. Kegiatan Haul dimulai dari Penyerahan Bibit Pohon Penghijuan di GKJ Moga (29/12/2022), Pembacaan Maulid dan Santunan Yatim Piatu plus Tahlil Doa Bersama di Pesantren Babussalam Nurul Iman Sikasur Belik (30/12/2022), dan Penyerahan Bibit pohon pada Komunitas Literasi Taman Baca ‘Madja Baca’ serta Ziarah Ke Makam ‘Pendiri’ Pemalang Mbah Hadiyana Atasangin di Majalangu Watukumpul (31/12/2022).

Sementara untuk Penutupan Haul Gus Dur Ketigabelas InsyAllah akan dilaksanakan pada pertengahan atau Januari 2023 ini dengan menggelar Halaqoh Kyai Kampung dan peluncuran Buku Ensiklopedia Kyai Desa di Pemalang hasil karya Koordinator dan team Penggerak GUSDURian Pemalang. Karya Buku ini dipersembahkan untuk mengenang sejarah dan perjuangan para ulama-ulama Pemalang dari abad 18-20 Masehi.

Untuk Mbah Hadiyana Atasangin, Gus Dur dan Seluruh ulama-waliyullah Pemalang. Lahum… Al FATIHAH.

Oleh : A Azis Nurizun (Tukang Sapu di ‘Semesta Ilmu’)