Peran Orang Tua dan Guru dalam Membentuk Kepribadian yang Religius pada Anak Remaja

Publika384 Dilihat

MEDIASI – Remaja adalah fase perkembangan manusia yang kritis, penuh tantangan, dan sarat dengan pencarian jati diri. Dalam periode ini, pembentukan kepribadian yang religius menjadi krusial, karena nilai-nilai religius dapat menjadi kompas moral bagi mereka dalam menghadapi dinamika kehidupan.

Peran orang tua dan guru sebagai pendidik utama dan pendamping sehari-hari menjadi sangat penting dalam mewujudkan hal ini.
Orang tua memiliki peran fundamental sebagai pendidik pertama dalam kehidupan seorang anak. Lingkungan keluarga adalah tempat pertama anak mengenal nilai-nilai agama melalui keteladanan, kebiasaan, dan komunikasi yang intens.

Ketika orang tua menjalankan ibadah secara konsisten, berdiskusi tentang nilai-nilai agama, serta memberikan teladan kehidupan yang berbasis etika religius, anak akan menyerap nilai-nilai tersebut secara alami. Misalnya, anak yang melihat orang tuanya berdoa bersama dan mengamalkan nilai kasih sayang kepada sesama cenderung akan meniru perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, peran guru sebagai pendidik formal melengkapi pendidikan religius yang diberikan di rumah. Guru tidak hanya mentransfer ilmu agama melalui mata pelajaran, tetapi juga melalui pendekatan yang humanis, memberikan nasihat, dan menjadi panutan dalam perilaku sehari-hari.
Lingkungan sekolah yang religius, seperti adanya kegiatan keagamaan rutin, seperti shalat berjamaah, kajian agama, atau peringatan hari-hari besar keagamaan, dapat memperkuat internalisasi nilai-nilai religius pada anak.

Guru juga berperan menciptakan suasana pendidikan yang mendukung pembentukan karakter religius dengan memadukan nilai-nilai agama dalam proses pembelajaran.
Sinergi antara orang tua dan guru menjadi kunci dalam membentuk kepribadian religius pada remaja.

Orang tua perlu menjalin komunikasi intensif dengan guru untuk mengetahui perkembangan anak dan mencari solusi bersama atas tantangan yang dihadapi. Sebaliknya, guru juga perlu memahami latar belakang keluarga siswa sehingga dapat memberikan pendekatan yang tepat.

Namun, tantangan di era digital ini tidak bisa diabaikan kemudahan akses informasi dan pengaruh media sosial kerap kali menyulitkan pembentukan kepribadian religius. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru harus adaptif dengan perkembangan zaman. Misalnya, menggunakan teknologi untuk menyebarkan konten-konten positif dan membimbing remaja dalam memilah informasi.

Secara keseluruhan, pembentukan kepribadian religius pada anak remaja memerlukan sinergi, keteladanan, dan pendekatan yang holistik antara orang tua dan guru.

Dengan nilai-nilai religius yang kuat, remaja tidak hanya mampu menjadi individu yang berakhlak mulia, tetapi juga mampu menghadapi tantangan kehidupan modern dengan tetap memegang teguh prinsip moral dan spiritual.

Oleh : Diky Imam Satrio (Mahasiswa UIN K.H. Abdurahman Wahid Pekalongan)