Satu Desa Empat Agama di Pekalongan Hidup Rukun Berdampingan

Publika1202 Dilihat

MEDIASI – Desa Linggoasri, yang terletak di kecamatan Kajen, kabupaten Pekalongan, provinsi Jawa Tengah, memiliki banyak cerita menarik yang perlu kita kenali, seperti sektor pariwisata, keindahan alam, dan tradisi-budaya yang kaya.

Namun, salah satu aspek yang menarik perhatian penulis kali ini adalah moderasi beragama di desa ini. Berbeda dari banyak desa lainnya, Linggoasri memiliki keberagaman agama yang unik, dengan empat agama yang berbeda, yaitu Islam, Hindu, Kristen, dan Katolik, hidup berdampingan dalam satu desa.

Secara umum, biasanya setiap rumah tangga hanya mengikuti satu keyakinan agama, tetapi di Linggoasri, perbedaan keyakinan agama dalam satu keluarga adalah hal yang biasa. Contohnya, dalam sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak, mungkin ayah menganut agama Hindu, ibu beragama Islam, dan anak-anak memiliki kebebasan untuk memilih agama mereka sendiri. Seringkali, anak-anak akan mengikuti agama ibu mereka, tetapi perbedaan ini tidak menciptakan konflik atau masalah.

Penulis juga melakukan wawancara dengan seorang tokoh setempat bernama Taswono, yang merupakan seorang pemangku agama Hindu di desa Linggoasri.

Taswono menjelaskan bahwa di desa ini, keberagaman agama dianggap sesuatu yang biasa, dan masyarakat hidup berdampingan tanpa memandang latar belakang agama mereka. Mereka hidup dalam kedamaian, seperti masyarakat di desa-desa lainnya.

Desa Linggoasri terbagi menjadi empat dusun, yaitu Sadang, Banglarang, Linggo, dan Yosorejo. Dusun Linggo, yang mayoritas beragama Hindu, mempertahankan budaya mereka dengan tetap menghormati budaya Jawa secara keseluruhan.

Taswono berpendapat bahwa budaya adalah faktor penghubung yang mempersatukan semua penduduk, tanpa memandang agama mereka.

Dalam hal urusan beragama, masyarakat Linggoasri tidak pernah menganggapnya sebagai masalah jika ada perbedaan keyakinan di dalam keluarga atau masyarakat.

Masyarakat Linggoasri memandang agama sebagai urusan pribadi setiap individu.

Sebaliknya, mereka lebih sering berselisih pendapat dalam masalah bantuan dari pemerintah, seperti bantuan uang tunai atau sembako. Hal ini disebabkan oleh mayoritas ekonomi masyarakat yang berada di kelas menengah ke bawah, sehingga bantuan pemerintah menjadi sangat penting bagi mereka.

Dengan demikian, Linggoasri adalah contoh desa yang harmonis dalam menjalani keberagaman agama dan budaya, dengan fokus pada persatuan dan kerukunan antarwarganya.

Oleh : Muhamad Nurul Fajri (Mahasiswa UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan)