Senjakala Jokowi

Publika461 Dilihat

MEDIASI – Dalam tradisi Jawa, ada Kredo kehidupan bahwa hidup adalah “Ngunduh Uwohing Pakarti”, hidup adalah memanen rekam-jejak perilaku kita sendiri. Mereka yang menanam kebaikan akan memanen kebaikan, mereka yang menanam keburukan akan memanen keburukan.

Dan, hari-hari ke depan, kita menjadi saksi sejjarah senjatakala Jokowi, Man Of Contradiction. Seorang yang oleh Tuhan diberi anugerah kharisma dan kemampuan entertainment melakukan branding. Jokowi diberi anugerah Tuhan menjadi dirijen orchestra teatrikall yang mempesona, sanggup membius penonton di negara teater.

Tapi, sayang, kharisma dan kemampuan itu tidak digunakan untuk menanam kebajikan. Jokowi lebih gemar menanam keburukan. Dan, ketika waktu menagih, satu per satu topeng lepas.

Di ujung Senja, Jokowi masih melakukan perlawanan dengan energi yang tersisa. Tapi, semangat zaman bersuara lain, sudah saatnya Jokowi sirna. Dia memang masih menggenggam pasukan Bhayangkara, tapi itu tidak cukup kuat menghadapi hukum besi sejarah. Energi Jokowi lebih lemah daripada entropinya.

Soekarno, saat dilengserkan dan diasingkan di Wisma Yaso pernah bilang :”Cukup aku menjadi bukti bahwa kekuasaan seorang presiden ada batasnya”

Tak ada kekuasaan yang abadi di kolong langit ini. Menjaga integritas jauh lebih penting daripada merawat reputasi (pencitraan)

Oleh : Haris El Mahdi