Kyai Tajri, Kyai Syukri, dan Syiar Islam di Desa Pesantren

Ensiklopedi1324 Dilihat

MEDIASI – Desa Pesantren merupakan salah satu nama desa dari 13 desa yang ada di wilayh kecamatan Ulujami, Pemalang.

Di desa ini terdapat dua pesantren yang cukup besar dan terkenal, yakni Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin dan Pondok Pesantren Nurul Athfal. Kedua pesantren tersebut masing-masing memiliki lembaga pendidikan formal tingkat dasar hingga menengah.

Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin memiliki lembaga pendidikan formal dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yakni SMP IT dan SMK IT. Sementara, Pondok Pesantren Nurul Athfal lembaga formalnya dibawah naungan Dinas Kementerian Agama yakni MTs 00 dan MA (Madrasah Aliyah).

Di desa Pesantren juga terdapat makam Syekh Maulana Maghribi atau Syaikh Tajudin Abdul Qodir bin Abdurrahman Al Alawi, yang merupakan Waliyullah penyebar syiar agama Islam di wilayah Pantura dan kitaran wilayah Gunung Slamet pada sekitar abad 16 Masehi.

Diceritakan, kakek Habib Luthfi bin Yahya yakni Al Habib Hasyim bin Umar bin Yahya dahulu semasa hidupnya sering berkunjung ziarah ke makam kramat Syeikh Maulana Maghribi di desa Pesantren ini. Konon, nama Gunung Slamet yang berada di ujung wilayah Pemalang Selatan merupakan nama yang diberikan oleh Syeikh Maulana Maghribi.

Pondok Pesantren dan Syiar Islam di Desa Pesantren

Kehadiran dan eksistensi pesantren di tengah-tengah masyarakat memiliki peran yang penting. Selain membina dan membimbing umat menjadi pribadi yang lebih baik lagi juga bisa sebagai penggerak kehidupan sosial budaya dan ekonomi umat.

Bahkan seorang Orientalis barat, Martin Van van Bruinessen menyebutkan bahwa Pesantren adalah salah satu unsur terpenting yang berperan dalam dakwah Islam di masyarakat.

Kemajuan syiar Islam dan berkembangnya pendidikan di desa Pesantren pun tidak lepas dari keberadaan dua pesantren yang didirikan oleh dua tokoh ulama desa Pesantren tersebut, yakni Kyai Tajri dan Kyai Syukri.

Apalagi pada era sebelum orde baru, desa Pesantren disebutkan sebagai daerah basis ‘merah’. Zaman orde lama, desa pesantren dikatakan sebagai salahsatu daerah ‘aliran kiri’ yang masyarakatnya digolongkan sebagai masyarakat ‘abangan’.

Sehingga, sejak muncul dan berkembangnya pendidikan agama berbasis pondok pesantren di desa Pesantren dikemudian hari kultur masyarakatnya berkembang menjadi masyarakat yang cenderung agamis. Bahkan saat ini desa Pesantren menjadi salah satu basis desa ‘santri’nya daerah Pantura Pemalang.

Kyai Tajri dan Pesantren Roudlatul Mubtadiin

Pondok Pesantren pertama berdiri di desa Pesantren Kecamatan Ulujami Pemalang adalah Pesantren Roudlatul Mubtadiin. Pesantren ini didirikan oleh al Mahgfurlah Kyai Muhammad Tajri.

Bersama Kyai Asfari, Kyai Abu Bakar, Kyai Duri, Kyai Ahmad Khudori, Kyai Hasani, dan Kyai Mukhlisin serta muasis pendiri pesantren lainnya, Kyai Tajri berjuang mensyiarkan Islam di wilayah desa pesantren hingga ke manca daerah lainnya.

Beliau dikenal sebagai ulama-pendidik yang sabar dan tekun dalam membimbing santri dan masyarakat. Beliau juga dikenal sebagai pribadi yang ramah dalam bergaul. Terbukti, beliau berhasil merangkul berbagai tokoh agama untuk bersama-sama dalam dakwah syiar Islam.

Berkat bimbingannya, lahirlah generasi-generasi yang kemudian hari banyak jadi tokoh agama dan masyakarat. Pesantren yang didirikannya telah banyak berjasa menciptakan kader ulama. Sehingga pantaslah dikatakan jika Kyai Tajri adalah ‘bapak pendidikan agama’nya wilayah Ulujami.

Kyai Syukri dan Pesantren Nurul Athfal

Kyai Syukri merupakan putera dari H Nur Alim. Beliau merupakan alumnus dari pondok pesantren Sirojul Mukhlisun, Payaman Magelang Jawa Tengah dan pondok pesantren Abul Faid Blitar Jawa Timur.

Sebelum mendirikan Pondok Pesantren Nurul Athfal, Kyai Syukri diceritakan pernah ikut membantu Kyai Tajri berkhidmat mengajar di Pondok Pesatren Roudlatul Mubtadiin. Kemudian atas saran mertuanya KH Marfu’, beliau kemudian mendirikan pesantren sendiri.

Di awali oleh seorang santri dari kota Kendal yang sebelumnya menjadi murid Kyai Syukri ketika masih nyantri di Pondok Pesantren Abul Faid yang kemudian mengikuti Kyai Syukri ke rumahnya guna menimba ilmu dari beliau secara khusus.

Dengan bertahap dan pasti Kyai Syukri mulai membuka pengajian bagi masyarakat desa Pesantren. Kemudian para santri dari luar mulai datang dan semakin banyak dari berbagai daerah diantaranya : Jepara, Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Jakarta, Sumatra, bahkan juga pernah ada santri dari luar negeri seperti Malaysia.

Setelah jumlah santri semakin hari semakin bertambah, kemudian Kyai Syukri dan mertuanya mulai berfikir untuk mendirikan Pondok Pesantren. Sebagai salah satu sarana penunjang belajar mengajar. Pada tahun 1967 berdirilah Pondok pesantren Baru Putra Putri Nurul Athfal. Konon, kalimat Baru disematkan pada nama pesantren karena tafa’ul ( mengharapkan barokah ) kepada almamater pesantrennya yaknk Pondok Baru Sirojul Mukhlisun Payaman, Magelang, di mana Kyai Syukri pernah menuntut ilmu di sana.

Sejak saat itu Pondok Pesantren Nurul Athfal, semakin berkembang pesat, seiring dengan perkembangan tersebut Nurul Athfal berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikan dengan sistem klasikal dan modern dengan mendirikan pendidikan setingkat SMP dan SMA yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).

Untuk Kyai Tajri dan Kyai Syukri… Lahuma. Al Fatihahan…

Oleh : Abdul Azis Nurizun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *