MEDIASI – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengungkapkan bahwa dunia terus mengalami perubahan dan sangat bergerak cepat. Oleh karena itu perlu ada segmentasi dakwah.
Hal itu disampaikan Gus Yahya saat gelaran Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) yang akan berlangsung hingga Kamis (27/10/2022) besok. Pada Rabu (26/10/2022) hari ini akan ada seminar internasional serta sidang pleno hasil sidang komisi-komisi.
Gus Yahya pada kesempatan tersebut meminta LDNU bersinergi dengan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU melakukan kerjasama untuk mengenali segmentasi dakwah NU.
“Saya minta LD PBNU bekerjasama dengan Lakpesdam untuk membuat riset dan mengenali segmen-segmen dakwah. Misalnya dakwah di perkotaan dan perdesaan beda, luar Jawa dan dalam Jawa, beda,” kata Gus Yahya dilansir dari NU Online, Rabu (26/10/2022).
Gus Yahya mencontohkan, kiai atau dai asal Jawa akan merasa kikuk saat menyampaikan ceramah di depan orang Aceh, karena terdapat perbedaan latar belakang budaya.
“Ini bisa dipahami kalau ada kebijakan strategi dari segmen dakwah,” ungkap Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Lebih lanjut, Gus Yahya menyebutkan ada sebanyak 59,2 persen dari jumlah penduduk Muslim Indonesia mengaku dekat dengan NU. Meski begitu, mereka yang mengaku NU itu sangat beragam.
“(Warga NU) itu macam-macam isinya. Jangan dianggap semua sama. NU sudah tumbuh sedemikian rupa, nyaris membentuk satu peradaban tersendiri,” kata Gus Yahya dalam Pembukaan Rakernas IX LD PBNU di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, pada Selasa (25/10).
“Di NU itu ada kiainya, ada santrinya, ada tukang becak, dan semuanya merasa NU. Maka tidak bisa Lembaga Dakwah sebagai entitas pembuat kebijakan hanya berpikir satu segmen saja,” lanjut Gus Yahya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tidak semua orang NU siap mendengarkan pengajian. Dicontohkan, masjid dekat pasar. Gus Yahya mengatakan, tidak semua orang yang ada di pasar itu mau pergi ke masjid saat ada pengajian.
Lebih-lebih segmentasi yang secara mental sudah sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi milenial dan generasi Z, menurut Gus Yahya, tentu memiliki cara berpikir tersendiri.
Selain itu, hal yang harus diperhatikan para pengurus LD PBNU adalah soal pendekatan dakwah. Gus Yahya pun meminta LD PBNU untuk bekerja sama dengan Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi).
“Lesbumi bikin produk keseniannya jangan hanya hiburan tapi ada kepentingan dakwah. LDNU bisa bekerja sama dengan Lesbumi untuk bicara soal strategi yang ingin dilakukan,” ungkapnya.