Ma’adah, Cermin Aktivis Perempuan Kabupaten Tegal yang Pantang Menyerah

Publika953 Dilihat

MEDIASI – “Hıdup Wanita…! Itulah jargon orasi penyemangat yang selalu dıucapkan acapkali Perempuan kelahiran desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ini menyampaikan sambutannya, hampir di setiap acara yang diisinya.

Perempuan tersebut bernamaMa’adah, aktivis dan politisi perempuan yang cukup disegani berbagai lini di dunia aktivis pergerakan kabupaten Tegal. Bahkan interaksi pergaulannya pun juga cukup dikenal jejaring kalangan aktivis Kabupaten Pemalang dan Brebes.

Dikenal sebagai aktifis pembela kaum perempuan dan orang-orang terpinggirkan (marjinal), ia bersama beberapa aktivis perempuan lain pernah membidani berdirinya Lembaga Advokasi Perlindungan dan Perlindungan Perempuan (LAP3) Teratai Kabupaten Tegal.

Melalui LAP3 Teratai ini, ia vocal menyerukan keseteraan gender dan pembelaan terhadap kaum tertindas, utamanya membantu pendampingan advokasi perempuan yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan orang-orang yang berkebutuhan khusus (penyandang disabilitas). Kiprahnya di dunia ini cukup diakui dan nyata, banyak orang-orang yang telah terbantu dengan kerja-kerja sosialnya.

Mantan Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Tegal ini sudah sering mengenyam manis dan pahit getirnya dunia aktivis, dari dunia sosial hingga hingar bingar dunia perpolitikan tingkat lokal hingga nasional. Jatuh bangun dalam menjalani dunia aktivis sudah menjadi bumbu untuknya merasakan tahap demi tahap kesukses-mapanan apa yang diraihnya saat ini.

Pahit getir dan titik nadhir yang dirasakan oleh Ma’adah sebagai kampium aktivis perempuan di daerah ia rasakan setelah dirinya gagal mengikuti kontestasi politik pada Pemilu 2014. Saat itu dirinya maju sebagai calon legislatif dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Daerah Pemilihan Jatinegara, Bojong, Bumijawa. Pasca gagal di pencalegan, ia pun sempat ‘oleng’ dan ‘hıjrah’ ke Kebumen, tempat asal suaminya.

Di Kebumen ini, dia harus kembali bukan hanya ke titik ‘nol‘ tapi ke titik ‘min‘. Bersama suaminya tercinta, Eko Wahyudi, ia pun memulai dari usaha loper koran hingga dagang pisang coklat (piscok) dengan gerobal di emperan jalan kota ‘genteng soka’ Kebumen. Hingga akhirnya kembali ke Tegal lagi, dan memulai pergerakan aktivis sosial politiknya di kota Bahari.

Pada Pemilu 2019 lalu, ia banting setir merapat ke partai ‘Banteng Moncong Putıh‘. Ia didaulat menjadi salah satu tim inti ‘pecut atau team suksesnya’ caleg pusat dari PDI Perjuangan, Haris Turino, yang saat ini menjadi anggota DPR RI hasil Pergantian Antar Waktu (PAW). Nasib baik ternyata belum berpihak padanya, seharusnya ia jadi salah satu Tenaga Ahli (TA) anggota legislatif pusat, namun ia keburu pindah ‘halauan partai’ yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), bahkan ia menjabat sebagai pucuk pimpinan distrik kecamatan sebagi Ketua PAC PKB Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal periode 2022 – 2025.

Saat ini, selain menggeluti dunia usaha sebagai suplaier, Ma’adah adalah calon legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tegal dari PKB untuk dapil Jatinegara, Bojong, dan Bumijawa pada Pemilu 2024.

Meminjam kata bijak Pujangga terkenal dari Turki, Kahlil Gibran yang mengatakan “Masa lalu memang penting, tapi tidak cukup penting untuk menghalangi masa depan“.

Semoga Sukses Mba Ma’adahHidup Wanita !!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *