Mbah Kiai Jamil Pemalang, Pengamal Kitab Ihya Ulumuddin dan Dapat Titipan Salam Nabi Muhammad SAW

Ensiklopedi1217 Dilihat

MEDIASI – Di makbaroh (pemakaman umum) Pantepan kota Pemalang terdapat makam yang diyakini sebagai salah satu waliyullah yang bernama Mbah Kiai Jamil. Kewalian beliau seperti yang diungkapkan oleh salah satu mursyid thoriqoh terkenal yakni Thoriqoh Naqsybandi Haqqani Syeikh Mustofa Mas’ud al Haqqani yang pernah datang meguru ngaji kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali ke Mbah Kiai Jamil.

Selain Syeikh Mustofa Mas’ud, beberapa Kiai sepuh di Pemalang juga sering hadir di majelis ilmu yang diampu yang juga rumah pribadi Mbah Kiai Jamil yang terletak di Pungkuran Pemalang. Beliau sosok kiai yang sederhana, tapi tajam  indera bathinnya. Mbah Kiai Jamil dikenal kiai yang weruh sadurunge winarah atau mengetahui sebelum terjadi.

Biografi singkat Mbah Kiai Jamil

Mbah Kiai Jamil bernama lengkap KH Abdul Jamil bin KH Mukhsin. Ada pun nama ibu dan tempat serta tanggal lahir beliau serta keturunannya, penulis belum menemukan sumber tutur mau pun catatan literasinya. Silsilah atau sanad keilmuan yang diperolehnya pun hingga tulisan ini dimuat belum ditemukan sumber informasinya.

Adapun silsilah nasab  keturunan beliau, seperti catatan yang diperoleh penulis, Mbah Kiai Jamil dikatakan nasabnya tersambung hingga ke Mbah Salamudin yang makamnya berada di pinggir sungai Pedurungan Taman Pemalang.  Silsilah lengkap beliau, KH Abdul Djamil bin KH Mukhsin bin KH Yusuf bin KH Baedhowi (Mbah Kuri) bin Mbah Arsifah bin Mbah Salamudin atau Raden Haryo Abdussalam Mataram.

Mbah Kiai Jamil; Pengamal Kitab Ihya Ulumuddin dan Kiai yang Dapat Titipan Salam dari Kanjeng Nabi SAW

Menurut Syeikh Mustafa Mas’ud, seperti yang penulis kutip dari laman laduni.id, Mbah Kiai Jamil pada setiap hari Selasa ketiga setiap bulan menyelenggarakan kajian kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali. Pengajian ini dihadiri oleh kiai-kiai sepuh kitaran Pemalang dan telah beliau laksanakan selama 25 tahun hingga akhir hayatnya.

Dalam sistem pengajian dan pengkajian kitab karya Imam Al Ghazali ini, dengan hadirin diminta oleh beliau membaca kitab tersebut. Dimulai dari barisan pertama dari sebelah kanan beliau, seperti sistem halaqoh. Setelah sampai di ujung kiri barisan, kemudian apa yang dibaca akan dibahas oleh Mbah Kiai Jamil. Setelah pengajian selesai, semua hadirin dijamu nasi gulai kambing yang lezat.

Hal yang menarik dan membuat takjub Syeikh Mustafa, entah dari mana uang yang diperoleh Mbah Kiai Jamil sehingga beliau pasti selalu menjamu nasi gulai pada orang-orang yang datang mengaji padanya, padahal yang datang puluhan orang.

Cerita lainnya, lanjut Syeikh Mustofa, suatu waktu ada seorang Habib (duriyyah Rasulullah) dari Jakarta yang mimpi didatangi Nabi SAW dan menyampaikan titipan salam untuk Kiai Jamil. Mimpi tersebut datang berkali-kali, sehingga Sang Habib pun bertanya-tanya siapa Kiai Jamil yang dimaksud tersebut. Sehingga, ia pun kemudian mencari nama yang disalami Nabi dalam mimpinya tersebut.

Sang Habib berkeyakinan, Kiai Jamil bukanlah orang biasa, namun demikian nama Jamil ini tidaklah tersohor. Ia pun kemudian menelusuri sepanjang jalan Pantura yang dikenal banyak dihuni para wali. Ia mengendarai sendiri mobilnya. Dan mobil inilah yang menuntun sehingga beliau bisa sampai ke rumah Mbah Jamil.

Ada cerita menarik dari Sang Habib, dalam perjalanan mencari alamat Kiai Jamil ini, setiap kali ia mengarahkan atau berniat belok ke arah yang akan menjauhkannya dari tujuan, mobil yang dikendarainya pasti mogok. Setelah bertemu mereka berangkulan dan menangis bahagia. Sang Habib menangis karena berhasil menyampaikan amanah dari datuknya yakni Nabi Muhammad SAW. Sementara, Mbah Jamil menangis terharu bahagia karena mendapat salam orang yang paling dicintainya.

Mbah Kiai Jamil meninggal diusia sekitar 80 tahun pada tanggal 23 Jumadil Ulaa 1431 Hijriyah atau tahun 2009? Beliau dikebumikan disamping pusara pamannya yakni KH Nasir bin KH Yusuf di pemakaman umum Mantepan Pemalang.

Untuk Almaghfurlah Mbah Kiai Jamil…. Lahu. Al Fatihah

Oleh : Abdul Azis Nurizun (Founder PP Babussalam Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman & Ketua PW FKDMI Jawa Tengah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *