MEDIASI – Purana adalah desa di kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Desa ini terbelah oleh Sungai Comal menjadi dua bagian wilayah, yaitu Kedungampel (Purana Barat) dan Purana Wetan (Purana Timur).
Geografis desa Purana sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh hutan jati dan masyarakatnya rata-rata pencahariannya sebagai petani penggarap sawah, kebun dan lahan hutan (baron). Ada pun asal usul nama desa dinamakan ‘Purana’ menurut salah satu tokoh muda Purana yang ditemui Penulis yakni Gus Lutfi Hakim, menyampaikan bahwa nama ‘Purana’ konon diambil dari nama tokoh yang bernama ‘Mpu Rana’ yang baurekso di desa tersebut.
Penduduk Purana dikenal sebagai masyarakat yang religius. Mayoritas penduduknya menganut agama Islam yang cukup taat. Di desa ini juga dikenal sebagai salahsatu basisnya Nahdliyyin di wilayah Bantarbolang. Tradisi keagamaan dalam keseharian cukup kental dan terasa sudah membudaya setiap harinya.
Kuatnya tradisi keislaman di Desa Purana dibuktikan dengan banyak lembaga pendidikan Islam dan kegiatan keislaman lainnya hampir ada setiap hari di setiap blok wilayah desa Purana. Di desa ini juga terdapat dua Pondok Pesantren cukup besar yaitu Pondok Pesantren Al-Muttaqien yang terletak di Kedung Ampel (Purana Barat) dan Pondok Pesantren Al-Fuadiyyah yang terletak di Purana Wetan (Timur).
Perkembangan Islam di desa Purana tidak lepas dari perjuangan para ulama-kiai terdahulu yang gigih memperjuangkan syiar Islam di daerah tersebut. Khususnya di wilayah Purana Barat, dari penelusuran penulis, terdapat tiga tokoh utama sebagai ulama yang berjasa dalam perkembangan Islam di desa tersebut, yakni Mbah Kiai Tholib bin Mbah Maryan, Mbah KH Muhasan bin Mbah Abdul Manan dan KH Mukhtarudin.
Dari ketiga tokoh ulama Desa Purana ini, Mbah Kiai Tholib dan Mbah Kiai Muhasan sudah wafat. Mbah Kiai Tholib dimakamkan persis dibelakang Masjid Baeturrahman Kedungampel Purana. Sementara Mbah Muhasan dimakamkan di makbaroh keluarga di dekat Sungai Comal. Untuk sejarah Mbah Kiai Muhasan yang dikenal sebagai ulama ahli hikmah, nanti akan ditulis tersendiri sejarahnya, setelah mendapat persetujuan dari keluarga keturunan tertuanya.
Mbah Kiai Tholib dikenal sebagai ulama pertama yang ‘babat alas‘ syiar Islam di desa Purana sekitar abad 17-18. Beliau merupakan ‘bogol‘ utama lahirnya para ulama atau tokoh agama di desa Purana. Dari silsilah keturunan mbah Kiai Tholib inilah ketemu antara garis nasab KH Muhasan dan KH Mukhtarudin.
Sejarah detail tentang asal-muasal nasab dan sanad keilmuan Mbah Kiai Tholib sendiri, Penulis belum menemukan sejarah atau cerita lengkapnya. Namun, shohibul haul (peringatan haul umum dan tokoh) desa Purana, berpatokan pada wafatnya Mbah Kiai Tholib sebagai sentralnya. Karena beliau dipercaya sebagai pembawa syiar Islam pertama di desa tersebut.
Di kompleks makam Mbah Tholib, selain masjid dan madrasah juga terdapat Pondok Pesantren Al Mutaqqien yang didirikan dan diasuh oleh KH Mukhtarudin.
Abah Kiai Mukhtar, begitu sapaan akrab para santrinya pada KH Mukhtarudin, selain dikenal sebagai Kiai Tarbiyah (pendidik) yang mengasuh Pondok Pesantren Al Muttaqien Purana, beliau juga seorang politisi. Saat ini beliau tercatat sebagai anggota DPRD Kabupaten Pemalang Fraksi PKB.
Di sela-sela kesibukannya mengemban amanat sebagai wakil rakyat yang mengampu wilayah Daerah Pemilihan (Dapil) Kecamatan Bantarbolang, Randudongkal dan Warungpring, Abah Kiai Mukhtar masih istiqomah aktif ‘ngemong‘ mendidik dan membimbing spiritualitas santriwan/santriwatinya dan masyarakat Purana.
Hingga saat ini, walau posisi geografis Desa Purana berada di pedalaman wilayah Bantarbolang, desa ini selalu menorehkan prestasi dalam bidang keagamaan. Semua itu tidak lepas dari hasil jerih payah perjuangan para tokoh ulama yang ada di desa Purana, khususnya berkat perjuangan ketiga ulama ‘rujukan’ masyarakat tersebut.
Selain dikenal sebagai ‘gudangnya santri’, desa Purana pun hingga kini jadi kiblatnya syiar perkembangan Islam di wilayah kecamatan Bantarbolang. Kondisi infrastruktur jalan yang rusak cukup parah dan medan geografis yang labil rawan bencana erosi longsor dan banjir, tidak menjadikan kelemahan dan penghalang generasi Islam di Purana untuk terus bergerak mensyiarkan panji-panji keislaman manhaj ahlussunah wal jamaah alaa Nahdlatul Ulama. Wallahu’alam bisshowab…
Oleh : A Azis Nurizun (Koordinator Gusdurian Pemalang dan Ketua PW FKDMI Jawa Tengah)