MEDIASI – Desember bukan hanya tentang Kristus dan Gus Dur. Desember juga bulannya Jalaluddin Rumi (Rumi), Sufi-Filsuf yang wafat 17 Desember 1227 di Konya, Turki.
Rumi adalah maestro cinta universal dan perdamaian. Atas kontribusinya untuk dunia, UNESCO pernah menjadikan tahun 2017 sebagai tahun Rumi. Lebih dari itu, Rumi adalah idola saya, dalam sufisme dan sastra.
Berikut saya nukil salah satu sajak dari Matsnawi, karya Jalaluddin Rumi.
Mathnawi VI: 255-260
Kekayaan tiada abadi, : ia datang di pagi hari,
dan menguap bertebaran diterpa angin pada malam hari.
Keindahan fisik juga tiada esensial,
wajah merah merona rusak pucat-pasi hanya karena goresan sebiji duri.
Keturunan juga bukanlah hal penting,
banyak orang menjadi dungu karena uang dan kuda.
Banyak putra bangsawan mempermalukan ayahnya dengan perbuatan jahat.
Jangan terpukau pada manusia yang tampak baik, bahkan jika ia tampak indah dalam hal itu:
Ambillah pelajaran dari Iblis..:
Iblis punya pengetahuan, tapi karena cintanya tidak murni,
dia hanya melihat Adam sebagai seongok tanah liat.
Diambil dari versi
Camille dan Kabir Helminski
“Rumi: Jewels of Remembrance”
Threshold Books, 1996.
Oleh : Haris El Mahdi (Penggerak GUSDURian Kota Batu)