Dampak Trash Talking Terhadap Perilaku Bersosial Remaja

Publika276 Dilihat

MEDIASI – Munculnya fenomena trash talking atau berbicara kotor yang saat ini semakin marak khususnya dikalangan remaja, hal ini mengakibatkan timbulnya rasa prihatin terhadang perkembangan social generasi muda.

Trash talking sendiri muncul melalui game online, yang kemudian merambah masuk ke kehidupan social sehari-hari. Hal ini kemudia membawa dampak yang cukup serius. Dimana komunikasi yang dilakukan antar individu menjadi tidak enak didengar oleh telinga.

Trash talking adalah fenomena yang tidak bisa dihindari pada era saat ini. Namun, jika tidak dikendalikan, perilaku ini dapat berdampak buruk pada pola perilaku bersosial remaja, baik dalam hal hubungan antar teman atau bersosial di masyarakat. Akibatnya, upaya bersama diperlukan untuk menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih positif dimana para remaja dapat belajar berinteraksi dengan baik dan bisa menghargai orang lain.

Maraknya trash talking di kalangan remaja tidak terlepas dari beberapa faktor pendorong. Yaitu yang pertama, pengaruh adanya game online dan media sosial yang seringkali menampilkan konten berbau trash talking sebagi bentuk hiburan. Kedua, tekanan yang timbul akibat standar minimum pergaulan agar dapat diterima oleh suatu kelompok atau geng. Ketiga, kurangnya atau tidak adanya pengawasan disekitar terhadap tingkah laku verbal para remaja.

Selain itu, trash talking dapat mempengaruhi bagaimana remaja melihat diri mereka di lingkungan sosial mereka. Pelaku trash talking mungkin dianggap “keren” atau “hebat” di komunitas tertentu, tetapi di komunitas lain, perilaku ini dapat dipandang negatif, menyebabkan mereka dijauhi atau tidak dipercaya. Remaja dapat mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan bermanfaat karena stigma ini.

Terlalu sering mengunakan bahasa kasar mengakibatkan remaja sulit membedakan antara konteks formal dan informal, sehingga kualitas komunikasi menjadi menurun.

Di kehidupan sosial pelaku trash talking sulit untuk membangun sebuah hubungan interpersonal. Untuk mengatasi masalah tersebut keluarga dan masyarakat memiliki peran menjadi contoh cara berkomunikasi yang baik dan sopan.

Semua pihak harus berpartisipasi secara aktif untuk mengurangi efek negatif dari trash talking. Sejak dini, orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka pentingnya berempati dan berkomunikasi dengan baik.

Di dunia digital, sekolah juga dapat mengajarkan etika komunikasi. Remaja juga harus dididik untuk lebih sadar akan akibat dari kata-kata mereka, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Trash talking bukan hanya sekedar trend yang dapat diabaikan, trend ini memiliki dampak serius jika diabaikan saja, karena mempengaruhi perkembangan sosial remaja.

Fenomena ini membutuhkan perhatian serius dari semua pihak, semua pihak dapat membantu remaja untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang lebih baik, sehat, dan konstruktif.

Oleh : Irzad Makmur (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *