MEDIASI – Di era digital, kita sering terjebak dalam rutinitas scrolling di media sosial. Platform-platform yang kita gunakan antara lain Instagram maupun Tiktok yang berhasil mengubah cara interaksi kita satu sama lain. Maka dari itu timbul pertanyaan, Apakah kita menjadi budak algoritma yang dirancang untuk memikat perhatian kita?
Algoritma merupakan aturan yang digunakan oleh platform untuk menentukan konten apa yang akan ditampilkan kepada pengguna dengan menggunakan data, mulai dari preferensi hingga scroling yang kita lakukan.
Nah, Algoritma ini berusaha untuk menyajikan konten yang relevan dan menarik untuk kita. Hasilnya kita sering kali terjebak dalam siklus scroling yang tak berujung dalam jangka waktu berjam-jam tanpa kita sadari.
Scroling yang kita lakukan tidak hanya menyita waktu, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan mental. Paparan terus-menerus terhadap konten dapat menyebabkan perasaan cemas, depresi, bakan ada rasa ketidakpuasan terhadap hidup kita sendiri.
Sering kali membandingkan diri dengan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna di media sosial, tanpa menyadari bahwa apa yang kita lihat hanyalah permukaan dari realitas mereka.
Pertanyaan mendasar yang muncul adalah apakah kita benar-benar memiliki kontrol atas pilihan kita ataukan kita sudah menjadi budak algoritma?
Ketika algoritma menentukan apa yang kita lihat dan bagaimana kita berinteraksi. Kita mungkin merasa bebas untuk memilih konten yng ingin dilihat, tetapi pilihan tersebut sebenarnya dibatasi oleh apa yang disajihan kepada kita.
Dari permasalah tersebut bukan berarti kita menjauh dari media sosial. Dengan mengambil langkah proaktif untuk mengelola penggunaan media sosial, maka bisa mengendalikan waktu serta perhatian kita.
Mari gunakan teknologi dengan bijak agar pengalaman digital kita tetap positif dan bermanfaat!
Oleh : Cinarsih (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan)