Darurat Pendidikan, PMII Bahurekso Gelar Kajian: Pendidikan Bukan Program Prioritas, Yakinkah 2045 Indonesia Emas?

Publika717 Dilihat

MEDIASI – Diskusi bukan hal yang asing lagi bagi kader PMII. Setiap ada isu atau kebijakan yang mengundang pendapat pro dan kontra, disitulah PMII bergerak. Menggelar diskusi adalah salah satu cara sederhana untuk menghidupkan daya intelektualitas dan melatih critical thinking kader PMII. Pada diskusi hari ini, kita akan melihat, menganalisis, dan merumuskan terkait tema yang diangkat.

Pengurus Rayon Bahurekso dibawah naungan Komisariat Ki Ageng Ganjur (KAG) UIN. KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan mengambil tema diskusi yang bertajuk “Pendidikan Bukan Program Prioritas, Yakinkah 2045 Indonesia Emas?”. Diskusi ini diadakan pada Senin sore (17/02/2025), yang dimulai dari pukul 16.00 WIB sampai menjelang maghrib dan berlangsung di depan pelataran perpustakan UIN Gusdur Pekalongan. Diskusi ini dihadiri oleh kader dan juga pengurus dari Pengurus Rayon Bahurekso serta sahabat Fajri Muarrikh selaku ketua PMII Rayon Bahurekso sekaligus pemantik pada diskusi sore ini.

Diskusi ini diadakan untuk memberikan pemahaman dan informasi tentang pentingnya pendidikan dan juga kebijakan pemerintah kepada generasi muda, terutama kader PMII, karena tema yang diangkat cukup mengundang banyak pendapat pro dan kontra. Berharapnya dengan adanya diskusi ini bukan hanya sekedar untuk menelusuri jejak pemerintahan, tetapi mencari akar dari problematik yang berkesinambungan dan bagaimana untuk mengatasi hal tersebut.

Diskusi dimulai dengan pemaparan dari sahabat Fajri Muarrikh mengenai program baru dari pemerintah, yaitu MBG (Makan Bergizi Gratis) yang dimana program ini lebih diprioritaskan daripada program pendidikan. Jika pendidikan dipandang sebagai program sekunder dibandingkan sektor lain, Mimpi Indonesia Emas 2045 bisa terancam dan hanya menjadi slogan tanpa terealisasi. Jadi, bagaimana kita sebagai mahasiswa sekaligus kader PMII menanggapi hal tersebut?

Dalam pemaparannya, sahabat Fajri menegaskan bahwa jika hal ini dibiarkan, kita sebagai mahasiswa juga akan kena imbas.

“Sekarang coba kita lihat, anggaran dari program MBG itu bukan hanya dari dana pinjaman, tetapi dari penghematan anggaran dari masing-masing sektor. Beberapa hari lalu saya sempet ngobrol sama pak rektor terkait soal anggaran, dimana nanti setiap kampus akan dimintai dana sebesar 24 miliar. Bagaimana nasib organisasi internal kampus? Melihat kampus kita beralih ke Badan Layanan Umum (BLU) dan perkiraan nanti untuk pencairan dana yang menggunakan dana BLU akan sulit, sehingga memungkinkan UKT akan dinaikkan” ucapnya.

Salah satu kader PMII menyampaikan pendapatnya mengenai kebijakan tersebut,
“Jika dilihat dari kebijakan MBG sebenarnya kita merasa terbantu akan adanya kebijakan ini, apalagi tidak semua elemen masyarakat bisa memenuhi gizi untuk kebutuhan anak-anaknya”, tegasnya.
Melihat ini kebijakan baru, banyak kekhawatiran dan ketakutan dari masyarakat. Dimana pendidikan merupakan pondasi utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Jika pendidikan tetap dipandang sebagai program sekunder dibandingkan sektor lain, Mimpi Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi angan-angan. Mewujudkan visi ini, perlu adanya dukungan dari masyarakat luas. Karena perubahan itu bukan dibayangkan, tapi diciptakan.

Untuk memulai perubahan, perlu adanya pengerakan. Pengerakan untuk menyatukan visi dan juga misi. Atas nama kader PMII, berita ini ditulis sebagai langkah sederhana guna untuk memantik semangat dan juga kesadaran bahwa Indonesia butuh kita. Berharap dari tulisan ini, kita bisa membangunkan semangat generasi muda untuk mengembalikan visi dan misi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.

Oleh : Rihadatul Aisysana & Lutfi Maulana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *