MEDIASI – Ketua PW FKDMI Jawa Tengah, Abdul Azis Nurizun mengatakan pesantren mempunyai andil besar dalam melestarikan budaya Nusantara, termasuk budaya daerah di Jawa Tengah.
“Pesantren punya peranan besar dalam melestarikan budaya daerah, karena itu juga bagian dari tugas pokok pesantren seperti termaktub dalam maqolah Ushul Fiqih, Al adat muhakamatun (Adat atau budaya bisa jadi hukum). Karena Pondok Pesantren bisa lestari sebab mengikuti budaya setempat. Seperti di pesantren Salaf di Jawa Tengah misalnya Pesantren API Tegalrejo dengan budaya kuda lumping dan ngerowot makan nasi jagung serta Pesantrennya Kyai Bisri Mustofa Rembang yang mengarang Tafsir Al Qur’an Al Ibriz yang menggunakan Pegon jawa, ,“ kata Azis Nurizun saat menjadi salah satu narasumber acara Badan Kesbangpol Pemprov Jateng bertajuk “Nguri-nguri Budaya untuk Ketahanan Bangsa bagi Masyarakat” di Pondok Pesantren (Ponpes) Babussalam Pemalang, Rabu (29/10/2025).
Menurut pria yang akrab dipanggil Izun ini, Pondok Pesantren dan kebudayaan daerah memiliki kaitan yang sangat erat. Nguri-nguri budaya nusantara merupakan bagian penting dari kehidupan pondok pesantren.
“Uupaya pondok pesantren untuk menyerap budaya masyarakat setempat merupakan bagian dari kurikulum pembelajaran harian di pesantren,” ujarnya.
Selain menyinggung soal peran utama pesantren dalam menguri-uri kebudayaan daerah, dalam paparannya Izun juga membahas perilaku santri di era digital saat ini, dimana arus globalisasi meniscayakan pesantren pun ikut terpengaruh didalamnya.
Founder Pesantren Entrepeuner Babussalam Nurul Iman ini mengingatkan bahwa Ponpes sekarang ini menghadapi banyak tantangan. Antara lain, adanya perubahan pola pendidikan dari santri akibat dampak transformasi digitalisasi yang sangat cepat, terutama gagjet smartphone dan media sosial.
Dulu, dalam dunia pondok pesantren akar budaya daerah, terutama budaya Jawa Tengah-an sangat mengakar dan menjadi perilaku keseharian Santri dan kyai-nya. Akibat dampak medsos dan komunikasi digital melalu Handphone yang mana dampak negatifnya tuk santri besar menjadi perilaku yang buruk bagi mereka, sehingga mengikis adat budaya kejawaannya,” tutur Izun.
Namun demikian, tambah Izun, keniscayaan perkembangan dunia yang begitu cepat saat ini mau tidak mau juga ikut mempengaruhi pola pikir dan perilaku para santri dan warga pesantren lainnya. Namun demikian, lanjut Izun, kalau kiai-nya tetap berpegang teguh pada akhlak atau moral yang baik serta menjaga adat budaya ketimurannya semisal konsisten nguri-nguri budayanya, maka itu semua bisa diatasi.







