MEDIASI – Di desa Mangli Kecamatan Randudongkal terdapat 3 masjid yang digunakan untuk masyarakatnya sholat Jum’at, yakni Masjid Al Aula, Masjid Kalijambe dan Masjid Baitul Karim.
Masjid Al Aula merupakan masjid pertama dan tertua yang dibangun masyarakat Mangli, yang dulu tokoh sepuhnya bernama almaghfurlah Kyai Anshor. Sementara Masjid Kalijambe merupakan masjid yang berada dusun yang terpisah dari desa inti Mangli, yakni dusun Kalijambe yang tokoh sepuhnya saat ini bernama KH Nur Yasin, murid dari Kyai Anshor Mangli.
Sedangkan Masjid Baitul Karim, merupakan masjid yang dibangun di tanah wakaf almaghfurlah Kyai Abdul Karim. Nama masjid pun dinisbatkan pada nama beliau, yang juga merupakan salah satu ulama berpengaruh pensyiar dakwah Islam di desa Mangli.
Kyai Abdul Karim dikenal sebagai tokoh ulama Mangli yang telaten berdakwah tarbiyah (mengajarkan ilmu agama) keliling dor to dor dari rumah ke rumah dan dari majelis ilmu satu ke majelis lainnya.
Kyai Abdul Karim merupakan anak dari Kyai Syali Mangli. Silsilah nasabnya tersambung ke Kyai Sarma yang merupakan tokoh utama dan pertama ulama yang gigih berjuang syiar agama Islam di Mangli. Kyai Sarma juga disebutkan sebagai ulama pertama yang membawa dan mensyiarkan kitab Tarajuman di Mangli dan sekitarnya.
Kyai Abdul Karim berdakwah dan mengajarkan ilmu syariat Islam di Mangli sejak pulang dari menuntut ilmu. Beliau sekitar 2 tahun lebih nyantri di Pondok Pesantren wilayah Kesesi Pekalongan. Setelah itu, beliau juga pernah mondok mengaji di wilayah Kendal dan beberapa ulama lainnya, yang sayangnya tidak tercatat siapa saja guru-guru beliau.
Namun demikian, selain dikenal alim dan telaten ngemong mengajari ilmu agama, Kyai Abdul Karim juga dikenal rajin menulis salinan kitab, terutama kitab Tarajuman karya Syeikh Rifai pendiri Rifaiyah. Di tengah keterbatasan sarana dan prasana alat tulis, beliau setiap waktu tekun menulis salinan kitab-kitab yang akan diajarkannya dan kemudian beliau bagikan pada para santri jamaahnya untuk dipelajari.
Peran keulamaan Kyai Abdul Karim diakui masyarakat Mangli. Beliau dikatakan sepadan dengan perjuangan yang dilakukan oleh Kyai Anshor, yang sama-sama merelakan jiwa raganya untuk membimbing agama masyarakat Mangli, walau dengan jalan metode dakwah masing-masing.
Kyai Abdul Karim wafat pada tahun 1972. Beliau di makamkan di makbaroh ‘makam dawa’, dimana disitu juga Kyai Sarma dan Kyai Anshor dikebumikan. Selain itu, di Makam Dawa juga terdepat legenda ulama zaman dahulu yang diyakini sebagai salah satu Waliyullah yakni Ki Bayu Anom.
Masjid Baitul Karim sendiri, sebagai salah satu jejak peninggalan Kyai Abdul Karim sampai saat ini masih kokoh sebagai salah satu sentral dakwah keislaman di Mangli. Selain sebagai tembah ibadah mahdhoh (sholat fardu), di Masjid Baitul Karim juga berfungsi sebagai majelis ilmu yang digelar setiap waktu. Majelis ilmu ini ada dan berada merupakan bagian dari salah satu warisan keilmuan yang Kyai Abdul Karim tinggalkan dan tetap bertahan serta terus berkembang (semoga) hingga yaumil kiamah. Aamien…. Wallahu’alam. Lahu…. al Fatihah
Oleh : Abdul Azis Nurizun (Founder PP Babussalam Yayasan Semesta Ilmu dan Ketua PW FKDMI jawa Tengah)