MEDIASI – Di Dusun Sikentung Kelurahan Petarukan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang terdapat sebuah tempat ibadah umat Islam yang cukup kuno yang bernama Mushola Mbah Kyai Mi’ad Ali.
Nama Mushola Mbah Kyai Mi’ad Ali dinisbatkan kepada nama tokoh pendiri dan muwakif mushola tersebut yang Mursyid salah thoriqoh mu’tabaroh Jatman (Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh Annahdliyyah) bernama KH Mi’ad bin Kyai Ali Petarukan.
Kyai Miad Ali adalah seorang ulama dan pejuang Islam di wilayah Petarukan Pemalang. Beliau menyebarluaskan ajaran Islam dan tariqoh kepada ribuan muridin atau santri yang tersebar ke berbagai pelosok Pemalang.
Kyai Miad Ali merupakan pelanjut estafet kemursyidan (kepemimpinan) Thoriqoh Naqsabandiyyah Kholidiyyah di wilayah Kabupaten Pemalang dan sekitarnya setelah Kyai Ruba’i.
Kyai Rubai lahir di daerah Kauman Masjid Agung Pemalang pada kisaran tahun 1800-an. Beliau merupakan putra dari Kiai Aqidah yang konon nasab silsilahnya tersambung hingga Mbah Salamudin Pedurungan Taman.
Kyai Miad Ali dikenal dengan sebagai mursyid yang penuh karismatik. Beliau pembawaannya santun dan sejuk dalam menyampaikan dakwahnya. Beberapa muridnya pun banyak yang jadi ulama-kyai di desanya masing-masing. Ini membuktikan kekaromahan dan keberkahan ilmu yang dimilikinya nyata membumi.
Mushola Mbah Kyai Miad sejak beliau dirikan hingga sekarang selain sebagai tempat ubudiyyah makhdoh (kegiatan ibadah sholat), juga sebagai sentral pusat majelis ta’lim bagi masyarakat setempat dan juga majelis ilmu bagi jamaah Thoriqoh Naqsabandiyyah di Kabupaten Pemalang.
Kyai Mi’ad juga membangun bilik-bilik sebagai tempat suluk-an jamaah thoriqoh di samping mushola. Bangunan bilik tersebut juga digunakan setiap sorenya untuk pengajaran ilmu agama untuk anak-anak kitaran kampung Sikentung Petarukan.
Kesederhanaan dan kewiraian Kyai Miad Ali juga tergambar dari rumahnya yang saat ini didiami oleh cucu keturunannya. Rumahnya terlihat sangat sederhana, jauh dari kesan kemewahan. Bangunannya masih bentuk bangunan tempo dulu.
Kyai Miad Ali bukan hanya dikenal masyarakat Petarukan dan Pemalang saja. Kemasyhurannya sebagai kyai sepuh dan mursyid berkaromah juga terkenal hingga wilayah Tegal, Pekalongan dan sekitarnya.
Setelah wafatnya beliau, kemudian estafet kepemimpinan thoriqoh dilanjutkan oleh putranya almaghfurlah Kyai Ma’fud. Hari meninggalnya beliau diperingati setiap tahun oleh masyarakat Petarukan dan muridinnya dari berbagai daerah. Haul wafatnya sering dihadiri berbagai tokoh terkenal dan ribuan masyarakat. Hal ini juga menunjukkan betapa Kyai Miad memang dikenal dan dikenang sebagai Kyai yang tidak terlupakan jasa perjuangannya. Wallahu’alam
Oleh : Abdul Azis Nurizun (Founder PP Babussalam Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman dan Ketua PW FKDMI Jawa Tengah)