MEDIASI – Pada hari ini, Kamis (11/1/2023) 3 aktivis Penggerak Gusdurian Pemalang yakni Abdul Azis Nurizun, Abu Hurairah (Abud), dan Imam Dihlizi mengunjungi situs jejak syiar Islam di wilayah Pemalang yang berada di desa Pesantren kecamatan Ulujami Pemalang.
Situs berupa makam kuno waliyullah tersebut masyhur disebut sebagai makam Syeikh Maulana Maghribi yang tepatnya berada di dusun Kusen Pesadean desa Pesantren. Makam ini dikramatkan dan sering diziarahi masyarakat Muslim di kitaran Pemalang, Pekalongan dan sekitarnya. Bahkan, ada yang juga peziarah dari luar Jawa seperti Lampung, Palembang dan Aceh yang berkunjung ‘ngalap berkah’ di makam Syeikh Maulana Maghribi ini.
Penggerak Gusdurian Pemalang datang berziarah ditemani Muhaimin, santri senior pondok pesantren Nurul Athfal desa Pesantren. Sebelumnya, ketiga aktivis Gusdurian tersebut datang sowan ke tokoh ulama Pesantren yakni Kyai Isror bin Kyai Syukri dalam rangka rangkaian kegiatan Haul Gus Dur Ketigabelas yang dilaksanakan Jaringan Gusdurian Pemalang dari Desember 2022 hingga akhir Januari 2023.
Makam Syeikh Maulana Maghribi Pesantren ini ditemukan 250 tahun lalu. Makam ini merupakan trilogi makam kramat yang disebut sebagai pensyiar Islam abad pertengahan dan juga durriyah Nabi di 3 kabupaten. di Kabupaten Batang ada Makam Wonobodro, di Kabupaten Pekalongan ada makam Auliya Gritan Karanganyar dan di Pemalang ada makam Syaikh Maulana Maghribi (Pesantren Ulujami).
Syeikh Maulana Maghribi atau Maulana Tajudin Abdul Qodir dan Gunung Slamet
Menurut penelusuran penulis, Syeikh Maulana Maghribi adalah nama lain dari Syaikh Maulana Tajudin Abdul Qodir bin Abdurrahman yang wafat pada tahun 1674 silam. Syaikh Maulana Tajudin Abdul Qodir ini diceritakan merupakan sosok waliyullah yang memberi nama Gunung Slamet (Jabal Salamah) yang dulunya bernama Gunung Karo.
Syaikh Tajudin Abdul Qodir datang dari Timur Tengah ke tanah Jawa karena banyaknya Wabah penyakit khususnya di Jawa Tengah akibat sering meletusnya gunung Karo. Karena itu, oleh Syaikh Maulana Tajudin Abdul Qodir nama gunung Karo diganti menjadi gunung Slamet.
Di sebelah selatan makam syeikh Maulana Maghribi ini terdapat sebuah sumur kramat yang airnya jernih dan terus mengalir sepanjang masa. Konon ‘tuk’ atau sumber air tersebut berasal dari tongkat Sang Syeikh yang ditancapkan yang kemudian setelah dicabut tongkatnya kemudian muncul sumber mata air yang diyakini membawa manfaat dan keberkahan. Para peziarah yang datang pun sering memanfaatkan dan mengambil air tersebut untuk wasilah hajatnya atau untuk kesembuhan penyakit yang tertentu.
Makam ini dikelola oleh para tokoh masyarakat dan ulama desa Pesarean yang kemudian membentuk lembaga berbadan hukum resmi Kementerian Hukum dan HAM RI. Tokoh ulama yang terlibat dalam kepengurusan Yayasan Makam Syeikh Maulana Maghribi Pesantren diantaranya ada KH Sari Ghozali Tajri (Pembina), KH Makhsus Mar’fu (Ketua Pengurus) dan Kyai Sulaeman Tajri (Bendahara).
Sayangnya jalan menuju akses makam dari depan jalan raya desa yang hanya lebar kurang dari 6 meter sepanjang 2 km sekarang kondisinya rusak dan licin serta cukup membahayakan bagi peziarah yang berkunjung dengan menggunakan kendaraan roda dua pada masa musim hujan saat ini. Wallahu’alam
Penulis : Abdul Azis Nurizun (Penggerak Gusdurian Pemalang)