Mbah Dimyati Kedawung, Waliyullah Penghafal Qur’an yang Penuh Karomah

Ensiklopedi2846 Dilihat

MEDIASI – KH Dimyati Kedawung Comal adalah tokoh ulama besar dan seorang hafidz (penghafal Al Qur’an) yang terkenal di Pemalang dan sekitarnya. Beliau juga dikenal sebagai seorang pejuang pahlawan kemerdekaan yang gigih melawan penjajahan Belanda dan Jepang.

Mbah Dim Kedawung, begitu nama akrab yang melekat pada sebutannya, merupakan putra KH Natsir, ulama masyhur dan gurunya para kiai serta pejuang di Pemalang. Mbah Dim di makamkan di Komplek Roudlatut Tholibin Dusun Kedawung Desa Sidorejo Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang, letaknya persis di jalan nasional jalan raya Pantura Semarang – Jakarta.

Mbah Dim ahli silaturahim dan mempunyai hubungan dekat dengan para ulama dan habaib di nusantara, salah satu dengan Habib Ali bin Hasyim bin Yahya (Ayah Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan) dan Habib Sholeh Tanggul (Jember).

Bahkan, beliau sangat dihormati oleh kedua duriyyah Rasulullah yang juga dikenal waliyullah, yakni Habib Ali dan Habib Sholeh. Saking begitu hormatnya, seperti diceritakan Habib Lutfi bin Yahya, Habib Sholeh Tanggul pun kalau melewati daerah makam Mbah Dim Kedawung, berkata kepada sopirnya, “Pelan-pelan”, sebagai bentuk ta’dhiman pada Mbah Dim.

Selain itu, Habib Ali juga hormat pada Mbah Dim Kedawung. Banyak diceritakan Habib Ali sering membiarkan apa yang dilakukan Mbah Dim, terutama dalam merokok saat acara peringatan Maulid Nabi. Karena Habib Ali sudah paham dengan perilaku karomah yang dimiliki Mbah Dim kalau sedang merokok. Ketika Mbah Dimyati mematikan rokok, ternyata menurut Habib Ali, itu tanda Rasulullah hadir dalam majelis Maulid.

Sang Penghafal Al Qur’an Alim Allamah dan Penuh Karomah

Habib Lutfi bin yahya Pekalongan menuturkan bahwa Mbah Dimyati Kedawung terkenal alim allamah dalam hafalan Qur’annya. Padahal, menurut Habib Lutfi, ulama yang lebih alim dari Mbah Dimyati di wilayah kitaran Pekalongan sebenarnya lebih banyak, namun demikian pintu kekeramatannya seakan hanya dibuka dan dituangkan pada Mbah Dim.

Saking keramatnya Mbah Dimyati bumi pun seolah tunduk padanya. Ini terjadi ketika beliau wafat dan akan dikuburkan. Seperti yang diceritakan Habib Lutfi, menjelang seminggu sebelum wafatnya Mbah Dim, beliau telah memberikan isyarah pada Habib Lutfi pada dirinya akan meninggal seminggu kemudian.

Wasiat yang disampaikan pada Habib Lutfi ketika meninggalnya Mbah Dim, beliau meminta jenazahnya diiringi terbangan (pembacaan syair Shalawat Nabi) secara besar-besaran. Disini, ketika hari wafatnya Mbah Dim, kekeramatan beliau tampak lagi.

Waktu meninggalnya Mbah Dimyati pada tahun 1964, saat itu sedang terjadi kemarau panjang. Hampir setahunan tidak turun hujan serta kondisi tanah keras dan kering, ajaibnya ketika tukang gali kubur baru mengayunkan cangkul, tiba-tiba menyembur air deras sehingga tanah menjadi gembur dan mudah digali.

Kekeramatan Mbah Dimyati seolah muncul kembali, ketika penggalian kubur selesai air pun berhenti menyembur dan tanah tiba-tiba mengering kembali, sehingga proses pemakaman berjalan lancar. Anehnya lagi, pada malam harinya, hujan turun dengan derasnya sampai pagi.. Alam seperti menyambut dan berduka atas meninggalnya Sang Hafidz Waliyullah Pantura Mbah Dimyati Kedawung.

Lahu… Al Fatihah

Oleh : Abdul Azis Nurizun (Founder PP Babussalam Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *