MEDIASI – Saya sangat apresiatif dan hormat dengan Panjenengan. Namun, pernyataan Anda sungguh membuat saya resah. Saya yakin bahwa pada Pemilu kali ini PBNU memilih netral dan mengedepankan politik kebangsaan. Tidak mungkin PBNU memihak paslon tertentu dan terjun bebas berjibaku ke dalam politik kekuasaan.
Apalagi, menurut Anda, PBNU memihak paslon nomer kalih; ini lebih tidak mungkin lagi.
Ada beberapa alasan:
- Pemilu 2024 kali ini, menurut saya, adalah pemilu yang paling tenang, aman, dan nyaman. Alias pemilu yang sangat landai dan datar-datar saja. Pilpres sekarang tidak memiliki nuansa disintegrasi bangsa seperti pemilu-pemilu sebelumnya. Tidak ada ancaman atau problem pertarungan ideologi, ekonomi, maupun budaya yang meruncing.
Sebetulnya, alasan ini saja, cukup bagi PBNU untuk mandito, netral, dan tidak cawe-cawe. Dan, statemen netral ini juga sudah disampaikan oleh Ketum PBNU. Termasuk di sini adalah tindakan penonaktifan para pengurus yang jadi timses paslon.
- Menurut saya, paslon nomer kalih lebih tampak sebagai representasi bangkitnya stakeholder orde baru, paling tidak itu dari tiga penyokong utamanya: golkar, gerindra, dan demokrat. PBNU mendukung kembalinya orde baru, sangat tidak mungkin.
- NU menjunjung tinggi Konstitusi dan segala bentuk perundang-undangan yang ada. Dan, ini sifatnya sangat prinsipil. Sementara itu, suka atau tidak, secara de facto dan de jure, Paslon 02 lahir dari Pelanggaran etik Konstitusi. Ingat: lahir dari. Ini artinya secara ushuly lahir karena melanggar. Wujudnya itu karena melakukan pelanggaran. Ini artinya: dzatuhu bathilun, bathil lidzatihi.
Semua tahu hukumnya bathil lidzatihi, mau digolang-galeng ya tetep bathilnya melekat.
Jadi, Paslon 02 itu bertentangan dengan ideologi dan etika perjuangan NU di ranah yang sangat prinsipil: Konstitusi. Keduanya tidak mungkin nyambung. Jadi, tidak mungkin PBNU memihak calon nomer kalih.
- PBNU gencar melakukan kaderisasi, mulai dari tingkat wilayah sampai ranting, mulai lembaga dan termasuk banom. Kaderisasi ini tentu bertujuan melahirkan kader NU yang militan dan canggih dalam mengelola bangsa, negara, dan masyarakat.
Ini bukan kaderisasi semu, apalagi kaderisasi tipu-tipu membentuk kader tuk jadi semata followers, bukan. Kaderisasi di berbagai lini bersifat sangat serius mencetak kader NU untuk tampil secara terampil dalam partisipasi pembangunan bangsa, negara, dan masyarakat!
Nah, kini ada 2 kader Nahdliyin tulen, militan, dan canggih yang berkontestasi di pilpres sekarang. Jadi, kalau pun memihak, tentu PBNU lebih memihak di mana kader NU berada, baik Paslon 01 atau Paslon 03, atau memihak keduanya.
- Terkait konsesi tambang, ini kok menurut saya sangat sumir. Tidak mungkin PBNU tergiur oleh hal-hal material begini rupa. Sangat bendawi, tidak mungkin banget. Apalagi dengan angka yang masih recehan.
Kita kan tahu, untuk anggaran operasional dan program, setidaknya NU mengeluarkan 1 Trilyun per tahun (dihitung per PCNU 2 milyar/tahun). Selama ini sudah berjalan baik-baik saja dengan tetap berpegang pada jalur politik kebangsaan.
Coba, apakah ada perusahaan yang profit 1 T per tahun, sehingga harus terjun bebas ke politik kekuasaan? Ya hampir tidak ada lah… Yang kita tahu kan BUMN banyak yang merugi dan terancam gulung tikar, seperti GIA, WSKT, dan lain-lain. Apalagi konsesi tambang recehan, kalau bukan konsesi tambang bodong, ya buat slilit doang lah.
Sumir banget dan juga receh banget soal konsesi-konsesi itu. Tidak mungkin lah PBNU tergiur recehan begitu.
Anda sedang mengigau, Gus. Atau, Saya?
Oleh : Kyai Also (Pengasuh PP Nihadlul Qulub Moga)