Lembaga Otonom NU Kecamatan Moga : Mengawal Tradisi, Merengkuh Nilai Islam

Publika769 Dilihat

MEDIASI – Suara agama menggema dimana-mana, mengingat kan kembali tumpah – ruah tentang semangat beragama, mengulik kembali kisah tentang sang cendramata yakni mbah Nur durya walangsanga, muda tua berjalan dengan kerapian demi satu tujuan mencari berkah atas hidup dan semua karya karya mbah Nur durya walangsanga di dalam mengajarkan, memberi pengaruh yang besar terhadap agama islam di moga, di saat manusia di telan kesibukan layar sentuh, jadwal yang lusuh, serta aktivitas yang semakin hari kian menebuh .

Para kawula muda dan tetua merelakan, mengkhidmati sebuah acara haul mbah Nur durya walangsanga blok manggis, Dusun Genting Desa Walangsanga Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang, haul mbah Nur Durya Walangsanga sendiri sudah menjadi icon haul berskala nasional, penulis berkesempatan bertemu rombongan dari Kabupaten Cirebon Kecamatan Munju Desa Munju.

Kemudian penulis juga berkesempatan bertemu dengan rombongan Banser, para komandan Banser sudah standby dari hari Sabtu demi memeriahkan, meledakkan kembali semangat menjaga tradisi.

Kemudian juga penulis bertemu dengan PLT Bupati Pemalang Mansur Hidayat S.T beliau menyampaikan “Para kyai kita sudah mengajak kita beragama pada perilaku yang sopan santun, para soko guru kita sudah mendidik kita untuk terus tidak lupa kepada tradisi masyarakat yang menguatkan, menyatukan kita sebagai umat islam, para kyai kita telah menuntun kita bahwa ketika Islam sudah menjadi perilaku keseharian maka keberkahan, keindahan dalam beragama akan terasa, Manfaat haul juga memperkuat silaturahim dan ukhuwah antar warga. Dalam acara haul kita dapat bertemu saudara, teman, senang dan bahagia kumpul bersama-sama.”

Penulis juga menyoroti bagaimana haul mbah Nur Durya Walangsanga mampu menyedot roda ekonomi desa dengan sangat besar, kemudian juga filosofi desa mawacara sangat luar biasaa mendekam, merasuk dalam jiwa dan khazanah sosial masyarakat walangsanga, Berkah mbah Nur Durya Walangsanga harapan di hidupkan, segenap kebaikan dan kebahagiaan menemukan wilayah nya dalam khidmat, tak kuasa di depan sebuah mahakarya dan peristiwa.

Dalam hal ini penulis mengungkapkan pendapat senada oleh Rosihan Anwar , salah satu budayawan Indonesia dalam In Memoriamnya, bahwa berita duka tidak hanya berupa rangkaian data dan fakta belaka, tetapi juga dengan cara pandang pribadi , Ia mengandung penilaian, pembelajaran dan perilaku yang bisa kita ikuti sehingga orang yang tutup usia itu tampil lebih utuh, lengkap dan manusiawi.

Tidak diabaikan latar belakang peristiwa-peristiwa semasa hidupnya, semangat zaman yang menguasainya, Sehingga momen haul bagi umat Islam yang merayakannya adalah momen penulisan berita duka dan inspirasi sejarah dalam kesadarannya masing-masing.

Oleh : Imam Dihlizi (Penggerak Gusdurian Pemalang di Moga)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *