Mbah Dipoyudo, Surat Ar Rahman dan Misteri 25 Makam Petilasan di Situs Mbah Jeneng Lembasari

Ensiklopedi1701 Dilihat

MEDIASI – Pada medio tahun 2013, penulis bersama dengan Gus Jamil (Pengasuh Pondok Pesantren Ahlisunnah wal Jamaah Majalangu, Watukumpul) dan Gus Afif dari Trenggalek berkunjung ke Situs ‘Candi Mbah Jeneng’ yang terletak di dusun Lembahsari kulon desa Lembasari Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.

Awal mula kunjungan kami ini bermula dari penuturan Gus Afif yang merupakan ‘pesuluk’ musafir yang sedang mencari 25 makam atau petilasan yang terletak di wilayah Kabupaten Tegal. Awalnya penulis bingung, karena baru mendengar ada satu tempat terdapat banyak ‘situs yang dikeramatkan’ masyarakat tersebut. Namun, setelah ditelusuri situs makam Mbah Jeneng ini ternyata masuk dalam daftar 40 makam keramat yang ada di wilayah Kabupaten Tegal yang sering diziarahi masyarakat, khususnya warga muslim.

Menurut Gus Afif sendiri, ia pernah riyadhoh disitu pada saat masih awal-awal menjadi ‘musafir’ atau pencari ilmu hikmah yang sering disebut sebagai Sarkub alias ‘Santri Kuburan’. Istilah Sarkub disematkan kepada orang-orang yang menekuni duniai spiritual-bathiniyah Islam yang sering berziarah tabbarukan ke makbaroh yang dikenal masyarakat umum sebagai waliyullah.

Jejak Mbah Jeneng sebagai Mbah Dipoyudo

Mbah Jeneng merupakan nama yang disematkan pada sebuah makam utama yang ada di situs wisata spiritual desa Lembasari, Jatinegara, Tegal. Konon nama Mbah Jeneng merupakan nama samaran dari nama seorang panglima perang era Pangeran Diponegoro yang bernama Mbah Dipoyudo atau Kiai Dipoyudo. Ia merupakan panglima perang yang berjuang melawan penjajahan Belanda pada era zaman Kerajaan Mataram Islam.

Di situs mbah Jeneng, selain terdapat makam utama Mbah Dipoyudo juga terdapat makam atau petilasan lain yang jumlahnya total ada 25 situs, baik berupa makam yang berpatok nisan yang tertulis nama-nama tokoh mau pun masih berupa gundukan batu kali atau sungai.

25 nama-nama yang ada di Situs tersebut yakni; Mbah Jeneng (mbah Dipoyudo), Mangkunegara, Syeikh Abdul Qodir Jaelani, Mbah Agung, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Singareja, Kiai Gede Lanang, Mbah Pandunga Guna, Mbah Candrageni, mbah Baurekso, Syeikh Pandan Jati, Mbah Dermakusuma, Mbah Ayu Rantansari, Siti Sondari, Mbah Suralendra, Tuan Pendita, Mbah Tama, Mbah Singa Barong, Mbah Kantong, Mbah Penuntun, Mbah H. Nur Hasan, Mbah Kleting Kuning, Mbah Subur, dan Mbah Rinong.

Wasilah Qur’an Surat Ar Rahman…. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *