MEDIASI – Gunungtiga masuk administratif wilayah Kecamatan Belik dan merupakan desa dari 211 desa yang ada di Kabupaten Pemalang.
Sejarah nama Gunungtiga belum ada literatur yang jelas yang bisa diungkap, baik secara tertulis maupun sejarah tuturnya. Namun, konon penamaan desa Gunungtiga telah ada sejak jaman kerajaan Mataram.
Kondisi topografi geografis wilayah Desa Gunungtiga sendiri terdiri dari dataran tinggi dan daerah pegunungan. Wilayah desa ini tidak begitu luas, hanya 3.616,615 Hektar yang terdiri dari tanah sawah seluas 1.367,35 Ha dan tanah kering seluas 67,72 Ha.
Mbah Karyanom : Berasal dari Wanarata Jadi Kepala Desa Gunungtiga
Walau pun desa Gunungtiga telah ada sejak berdirinya Kerajaan Mataram Islam di pulau Jawa, namuk jejak kepala desa yang memimpin Gunungtiga hanya diketahui sejarahnya dari tahun 1919. Pada tahun ini, Kepala desa Gunungtiga dipegang oleh Mbah Brantas hingga tahun 1935.
Kemudian, pada tahun 1935 hingga 1951, Kepala Desa Gunungtiga diemban oleh Mbah Karyanom. Beliau merupakan warga pendatang yang datang dari desa Wanarata Bantarbolang. Sebelumnya, beliau menetap di dusun Gembol desa Mendelem dan menikah dengan wanita setempat yang bernama Nyai Sainem.
Dari pernikahan dengan Nyai Sainem inilah, Mbah Karyanom menurunkan beberapa keturunan yang diantaranya jadi tokoh ulama di daerah tinggalnya masing-masing, yakni KH Abu Hasan (Mukhasan) di Gunungtiga dan KH Harun di Kuta. Kedua Kiai tersebut disegani tokoh masyarakat dan tokoh ulama lainnya sert dikenal sebagai ulama ahli hikmah yang digdaya (sakti).
Sebagai kepala desa atau lurah, Mbah Karyanom dikenal juga sebagai pribadi yang taat menjalankan syariat agamanya dan juga suka syiar dakwah pada warga yang dipimpinnya. Bukti kepemimpinannya sebagai umaro (pemimpin pemerintahan desa) plus ulama yang peduli pada perkembangan syiar agama Islam, selama menjadi kepala desa selama 15 tahun, pada tahun 1945 beliau berhasil dan berjasa mendirikan dua tempat pusat syiar agama di desa Gunungtiga yakni masjid di dusun Mrengmang dan dusun Sibulu.
Kedua masjid tersebut selain digunakan untuk pelaksanaan ibadah ubudiyah sholat bagi warganya, juga digunakan untuk Ta’lim (mengajarkan) ilmu syariat agama Islam. Mbah Karyanom mempunyai peran ganda, selain ‘ngemong’ (bimbing) dalam birokrasi pemerintahan desa, beliau juga membimbing warganya dalam spiritulitas tarbiyah keislaman. Pembimbing spiritualitas keagamaan kemudian dilanjutkan oleh kedua putranya tersebut.
Selain itu, sebelumnya kisaran pada tahun 1940, mbah Karyanom telah berjasa dan sukses membuat dua makbaroh (makam) di desa Gunungtiga untuk digunakan sebagai pemakaman umum warganya yang wafat yakni Makbaroh di Muntuk dan Jojogan.
Mbah Karynom meninggal dan dimakamkan di komplek masjid yang didirikannya, yakni Masjid Nurul Hidayah Dusun Mrengmang Desa Gunungtiga, berdampingan d engan makam istrinya dan salah satu anaknya yang jadi Mursyid Sadziliyyah di Pemalang yakni KH Abu Hasan (Mbah Mukhasan). Wallahu’alam
Mbah Karyanom, mbah Harun & Mbah Mukhasan. Lahum…. Al Fatihah
Oleh : Abdul Azis Nurizun (Founder PP Babussalam Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman & Ketua PW FKDMI Jawa Tengah)