Perang Sarung, Akibat Pergeseran Budaya dan Etika Masyarakat

Publika1053 Dilihat

MEDIASI – Fenomena perang sarung yang sekarang ini marak telah bergeser tujuannya. Ini salah satu dari akibat pergeseran budaya dan etika masyarakat yang mengkhawatirkan.

Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian lebih dari semua elemen baik Pemerintah, stakeholder ataupun masyarakat itu sendiri. Karena ini tanggung jawab bersama.

Pergeseran nilai-nilai budaya dan etika masyarakat saat ini sudah pada fase yang mengkhawatirkan. Akibatnya, masyarakat mudah terprovokasi dan pada gilirannya melahirkan benturan-benturan psikologis dan sosiologis antar masyarakat.

Lebih parahnya, saat ini masyarakat Indonesia semakin mudah terpancing isu-isu terkait suku, agama, dan rasa (SARA) dan gampang sekali bertindak anarkis diluar nilai norma dan etika yang berlaku.

Merebaknya sarung digunakan sebagai sarana aktivitas kriminal di bulan Ramadan disebut dia juga lantaran adanya beberapa orang yang ahli dalam menggunakan alat itu. Sarung yang seharusnya digunakan sebagai sarana peribadatan dan jarang digunakan sebagai alat menciderai orang kemudian dimodifikasi sedemikian rupa agar mampu melukai korban.

Bermula dari satu pihak yang memanfaatkan ini untuk menyelinap menggunakan aksi kejahatan, itu seolah menjadi ajang saling membalas karena kadang kala yang melakukan itu tidak individu tapi kelompok, sehingga mereka yang pernah jadi korban itu juga mengumpulkan dan memunculkan komunitasnya di hadapan publik. Jadi seolah-olah pertikaian dan bukan aktivitas hiburan.

Aktivitas perang sarung yang dulunya digunakan hanya sebagai sarana hiburan sesama teman sebaya. Karena penulis sendiri dulu merasakan bagaimana rasanya hiburan masa kecil yang gratis dan menyenangkan dengan perang sarung itu. Tidak ada yang merasa tersakiti atau dirugikan, melainkan terjalinnya persahabatan dan pertemanan yang semakin solid dan menjunjung tinggi kekeluargaan.

Namun, seiring bergesernya waktu dimanfaatkan para remaja sebagai ajang pertikaian antar kelompok. Dan dalam perkembangan ada pihak tertentu yang memanfaatkan ini untuk melakukan tindakan yang mengarah kekerasan atau tindakan kejahatan.

Perilaku ini dinilai abai terhadap budaya dan etika. Ironisnya berlangsung masif di hampir semua segi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak sadar, budaya dan etika mengalami proses marginalisasi secara serius sedemikian rupa. Baginya, peminggiran nilai budaya dan etika ini dipengaruhi kuat oleh transaksi informasi global, pengaruh budaya lain dan pola pikir pragmatis-materialisme.

Derasnya arus globalisasi yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, telah menyebabkan krisis multidimensional yang berkepanjangan dan merusak tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Akibatnya, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang membawa bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan mulai dilupakan, bahkan ditinggalkan, seolah berganti dengan nilai lain yang memudarkan rasa, paham, maupun semangat kebangsaan.

Apabila kondisi ini dibiarkan, jelas akan memperparah keadaan, bahkan dapat menimbulkan perpecahan bangsa.
Dari fenomena yang ada harapannya semuanya berbenah dan ikut serta dalam pengawasan terhadap anak dan generasi mudanya, tanpa terkecuali. Sebab ini tanggung jawab bersama baik dari unsur Pemerinta, Stakeholder dan Masyarakat umum.

Karenanya revitalisasi atas nilai-nilai luhur bangsa Indonesia merupakan sebuah solusi, melalui kegiatan sosialisasi wawasan kebangsaan, yang didasarkan pada konsensus bangsa, yakni empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

Kehadiran Saung Baca di sekolah-sekolah selain bagian dari kegiatan literasi juga merupakan upaya internalisasi secara sistematis kepada setiap warga negara agar terjalin benang merah pewarisan nilai budaya dan etika yang tidak terputus.

Dengan demikian, setiap generasi bangsa Indonesia senantiasa memiliki rasa kebangsaan dan jati diri yang kuat, yang terus akan mengobarkan semangat dalam merawat budaya bangsa yang luhur ini.

Oleh : Moh. Naenul Rizqoni S.Pd ( Founder Saung Baca Al-Hidayah Tegal )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *