Seorang Pelayan dan Cintanya Kepada Allah

Khazanah854 Dilihat

MEDIASI – Diceritakan ada seorang laki-laki membeli seorang pelayan (budak), lalu pelayan itu berkata, “Tuanku, aku punya tiga syarat yang mesti Anda penuhi. Pertama, jangan halangi aku menunaikan shalat lima waktu jika telah tiba saatnya. Kedua, pada siang hari Anda boleh memerintah aku semaumu, tapi tolong jangan perintah aku pada malam hari. Ketiga, berikan aku tempat tinggal di rumahmu yang tifak dimasuki oleh orang selain aku.”

Calon majikan itu pun berkata, “Semua syarat itu berlaku untukmu. Pilihlah ruang mana saja yang ingin kamu tempati!”.

Pelayan itu pun mengelilingi setiap ruangan dari rumah laki-laki yang telah membelinya. Dam ia mendapati sebuah ruangan rumah yang sudah rusak. Ia pun berkata, “Aku memilih ruangan ini saja.”

“Wahai pelayan, mengapa kamu memilih ruangan yang sudah rusak?” tanya tuannya heran.

“Tuanku, tidakkah Anda tahu bahwa ruangan yang rusak ini jika diisi dengan ibadah kepada Allah akan menjadi taman yang indah?” jawab si pelayan.

Selanjutnya pelayan ini melayani majikannya pada siang hari, sedang malam harinya ia pergunakan untuk beribadah kepada Allah.

Suatu ketika majikannya berkeliling rumah dan sampailah ia di kamar pelayannya. Ia mendapati kamar pelayan ini terang sementara si pelayan bersujud. Di atas kepalanya terdapat pelita dari cahaya yang bergantung di antara langit dan bumi. Ketika itu si pelayan sedang bermunajat kepada Rabbnya.

Sembari merendahkan diri kepada Allah, si pelayan berucap, “Ilahi, aku wajibkan diriku melayani majikanku pada siang hari. Andai saja tidak demikian, pasti akan kugunakan siang dan malamku untuk beribadah kepada-Mu. Karena itu, ampunilah aku, ya Rabb.”

Majikan itu melihat pelayannya hingga fajar menyingsing. Lampu pelita itu kembali dan menyatu dengan atap rumahnya. Sang majikan pun pulang dan menceritakan kejadian ini kepada istrinya.

Pada malam berikutnya, sang majikan menggandeng tangan istrinya dan mengajaknya menghampiri pintu kamar pelayannya. Ternyata pelayannya sedang bersujud dengan lampu pelita di atas kepalanya. Sang majikan dan istrinya duduk di depan pintu sembari melihat pelayannya. Keduanya menangis hingga pagi tiba. Setelah itu, suami istri ini memanggil pelayannya dan berkata, “Mulai sekarang kamu merdeka karena ridha Allah agar kamu dapat mempergunakan semua waktumu untuk beribadah.”

Pelayan ini mengangkat kedua tangannya ke arah langit sembari berucap :

Wahai Zat Pemilik rahasia, sungguh rahasia telah tersingkap.

Aku tidak ingin hidup setelah aku terkenal

Ilahi, aku mohon kematian kepada-Mu.”

Demikianlah kondisi orang-orang saleh, orang-orang yang mencari ridha Allah dan beribadah kepada-Nya dengan tulus. Tidak ada kemunafikan atau riya’. Kami senantiasa memohon, semoga Allah memasukkan kami dalam golongan mereka. Wallahu’alam

(Cerita disadur dari Buku “Bocah-bocah Pembawa Hidayah” hal.91-93, karya Nashir Syafi’i)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed