Tuk Panjang dan Grebeg Sudiro, Tradisi Perayaan Imlek Masyarakat di Kota Semarang dan Solo

Nusantara811 Dilihat

MEDIASI – Perayaan tahun baru Imlek dimeriahkan dengan beragam tradisi unik di berbagai wilayah nusantara, di antara di Kota Semarang dikenal dengan ‘Tuk Panjang’ dan di Kota Solo ada Tradisi perayaan Imlek yang populer disebut ‘Grebeg Sudiro’.

Tradisi peringatan Imlek di dua kota besar di Jawa Tengah ini sudah menyatu dengan budaya lokal. Jadi, tidak hanya masyarakat Tionghoa yang menyambut Imlek, masyarakat dari suku lain, terutama suku Jawa juga ikut memeriahkan pergantian tahun masyarakat keturunan Tiongkok ini.

Tradisi Tuk Panjang di Kota Semarang ini merupakan kebiasaan yang unik yang dilakukan untuk menyambut tahun baru Imlek.

Tuk Panjang merupakan tradisi menyajikan berbagai hidangan di atas meja sepanjang 200 meter. Makanan yang disajikan mulai dari kue keranjang, nasi hainan, hingga tujuh jenis sayur yang masing-masing memiliki makna yang berbeda.

Jamuan ini diselenggarakan oleh masyarakat etnis Tionghoa di Pecinan Semarang untuk warga di luar Pecinan. Tradisi tersebut mencerminkan akulturasi budaya sebagai simbol toleransi dan kerukunan umat beragama.

Sementara di Kota Solo, dalam menyambut Tahun Baru Imlek, masyarakat keturunan Tionghoa bersama suku Jawa di Solo rutin menyelenggarakan festival tradisional yang dikenal dengan nama Grebeg Sudiro di Pasar Gede.

Secara harfiah, kata “grebeg” merujuk pada perayaan rutin sebagai ucapan syukur. Sedangkan “Sudiro” diambil dari nama Kampung Sudiroprajan yang berada di dekat Pasar Gede.

Festival ini identik dengan pawai gunungan yang menumpuk berbagai macam buah, sayuran, dan kue. Makanan-makanan tersebut akan diperebutkan oleh peserta.

Dalam ajaran suku Jawa ada ungkapan “ora babah, ora mamah” yang berarti “tidak ada makanan yang didapatkan tanpa kerja keras.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *