MEDIASI – Di kabupaten Pemalang menyimpan banyak kisah masa lalu yang kebanyakan masih belum dikenal dan hanya melegenda jadi cerita masyarakat.
Salah satunya kisah tentang Syeikh atau Pangeran Buminoto yang makamnya terletak di desa Mandiraja Kecamatan Moga, Pemalang.
Mandiraja adalah sebuah desa berhawa sejuk di sisi utara kaki Gunung Slamet, diapit Kali Paingen di sebelah timur dan Kali Rambut di sebelah barat.
Jejak kesejarahan tentang Buminoto sendiri masih sedikit diketahui. Hanya sekelumit tentang Mbah Buminoto diceritakan bahwa beliau adalah putra dari Amangkurat III, raja terakhir Mataram Islam yang bertahta di Keraton Surakarta (Solo).
Dikisahkan dalam Buku Babad ing Sakala bahwa Amangkurat III berebut tahta dengan Pangeran Puger yang merupakan paman mbah Buminata. Puger akhirnya berhasil merebut kerajaan Mataram dibantu penjajah VOC Belanda. Sementara Amangkurat III ditangkap VOC dan dijatuhi hukuman pengasingan ke Sri Lanka.
Ketokohan Mbah Buminoto
Gelar yang disematkan pada Mbah Buminoto ada yang menyebut raden, sunan, prabu dan pangeran. Maklum saja gelar tersebut disandangnya karena beliau memang keturunan raja Mataram ke-6 yang berkuasa sekitar 1703-1705 M.
Ibu dari mbah Buminoto bernama Raden Ayu Himpun. Mbah Buminoto, khususnya warga Mandiraja, mengenalnya sebagai priyayi, ulama-santri, bahkan wali.
Mbah Buminoto juga dikenal sebagai pejuang Islam dan pemimpin di wilayah Pemalang, estafet meneruskan kepemimpinan ayahnya yang diasingkan VOC Belanda.
Kisah awal mula kedatangan Mbah Buminoto di Pemalang sendiri sangat minim informasi babakan ceritanya. Namun setelah menetap di Pemalang, ia beranak pinak mempunyai keturunan dan kebanyakan di klaim sebagai nenek moyangnya masyarakat desa Mandiraja.
Ada pun anak keturunan mbah Buminoto yang disebutkan dari beberapa sumber catatan yakni: Kia Ronggo Rajegwesi (Palangnegoro), Kiai Ronggo Bumiwerah Plempoan (Randudongkal), Kiai Keboduk (Bojong Nangka Pemalang), Kiai Kebogadung (Tangerang), Nyai Alus (Mandiraja), Kiai Petinggi Wira Negara, Pekarangan Pemalang, dan Kiai Nayantaka Kusuma atau dikenal dengan nama Ki Dadung Awuk (Mandiraja). (Bersambung)