Gaya Hidup Mewah Gen Z: Mengapa ‘FOMO’ Menjadi Pendorong Belanja Berlebih?

Publika685 Dilihat

MEDIASI – Dalam era digital yang serba terhubung, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin mendominasi pola hidup Generasi Z. Dengan kehadiran media sosial yang menjadi panggung gaya hidup glamor, Gen Z kerap merasa terdesak untuk mengejar standar hidup yang terlihat sempurna di layar ponsel mereka.

Akibatnya, dorongan untuk berbelanja melebihi kemampuan seringkali tak terhindarkan. Platform seperti Instagram dan TikTok menjadi ladang subur bagi narasi hidup mewah, di mana pakaian bermerek, perjalanan ke destinasi eksotis, dan barang-barang high-end dipamerkan tanpa henti.

Di balik itu, algoritma media sosial semakin memperkuat tekanan sosial ini dengan memunculkan iklan yang selaras dengan gaya hidup yang diidamkan. Hasilnya? Siklus konsumsi impulsif yang kian sulit dihentikan.
Lebih ironis, tren ini bertentangan dengan kondisi finansial mayoritas Gen Z.

Survei menunjukkan bahwa banyak dari mereka masih bergulat dengan penghasilan pas-pasan, pekerjaan tidak tetap, atau utang pendidikan yang membayangi. Namun, untuk memenuhi tuntutan aesthetic media sosial, banyak yang rela merogoh kantong lebih dalam, bahkan hingga berutang.

Yang menjadi perhatian utama adalah dampak jangka panjang dari pola konsumsi ini. Kebiasaan berbelanja berlebih demi validasi sosial tidak hanya merusak stabilitas finansial, tetapi juga kesehatan mental. Tekanan untuk terus mengikuti arus gaya hidup mewah memicu kecemasan dan rasa tidak puas yang berkepanjangan.

Solusi untuk fenomena ini memerlukan pendekatan yang holistik. Edukasi literasi finansial sejak dini menjadi kunci untuk membekali Gen Z dengan pemahaman tentang manajemen uang yang sehat.

Selain itu, perlu ada upaya kolektif untuk mengurangi glorifikasi hidup mewah di media sosial, dengan mendorong narasi keaslian dan keseimbangan hidup.

Pada akhirnya, Gen Z perlu menyadari bahwa nilai seseorang tidak ditentukan oleh apa yang mereka miliki, melainkan oleh siapa mereka sebenarnya. Membebaskan diri dari jeratan FOMO mungkin tidak mudah, tetapi langkah kecil menuju kesadaran dan kontrol diri dapat menjadi awal perubahan besar.

Oleh : Saumilatul Ikromah (Mahasiswi UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *