Kampanye Politik di Media Sosial, Ramai Tapi Kurang Memberi Pemahaman

Publika260 Dilihat

MEDIASI – Menjelang pemilu, media sosial makin dipenuhi konten kampanye. Mulai dari TikTok, Instagram, sampai X, semua platform jadi tempat adu gagasan—atau kadang cuma adu sensasi. Tapi apakah masyarakat benar-benar jadi paham politik dari semua ini?

Kampanye digital memang mempermudah akses informasi. Orang-orang bisa melihat visi misi calon pemimpin lewat HP masing-masing. Tapi, banyak juga konten yang justru menyesatkan karena potong-potongan video tanpa konteks.

Alih-alih menambah wawasan, banyak kampanye malah berubah jadi ajang saling sindir. Gaya penyampaiannya ringan, tapi isinya dangkal. Isu penting sering terpinggirkan karena lebih banyak yang tertarik pada konten yang lucu atau heboh.

Masalah lain datang dari akun-akun anonim yang menyebar narasi tanpa sumber jelas. Ini bikin opini publik jadi bias. Akibatnya, muncul perpecahan di tengah masyarakat yang sebenarnya hanya ikut-ikutan tren.

Media juga ikut andil. Demi menarik klik, banyak yang memakai judul provokatif dan tidak seimbang. Informasi jadi terdistorsi, dan publik tidak mendapatkan gambaran utuh dari suatu isu.

Literasi digital jadi hal penting saat ini. Masyarakat harus bisa memilah mana informasi yang bisa dipercaya dan mana yang cuma sensasi. Jangan asal sebar sebelum paham isi dan sumbernya.

Sebagai pengguna media sosial, kita juga bertanggung jawab. Jangan terpancing hanya karena satu video viral. Pelajari, cek, dan cari tahu lebih dalam sebelum percaya.

Opini ini bukan menyalahkan siapa-siapa, tapi mengajak kita lebih kritis. Demokrasi digital butuh partisipasi yang sadar dan cerdas, bukan cuma ramai di timeline.

Sebab, pemimpin masa depan bukan ditentukan oleh siapa yang paling viral, tapi oleh siapa yang benar-benar layak dan bisa dipercaya.

Oleh : Lulu Agustina Tia (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *