Ketika Tradisi Budaya Lama Dipertemukan Dengan Modernisasi

Publika638 Dilihat

MEDIASI – Modernisasi pada saat ini membawa perubahan yang cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang budaya. Sekarang, tradisi budaya lama dihadapkan pada tantangan besar untuk tetap bertahan dan relevan. Tradisi yang selama ini menjadi identitas suatu bangsa sudah mulai tergerus oleh pola hidup modern yang lebih praktis dan digital. Akan tetapi, pertemuan antara tradisi budaya lama dan modernisasi bukan hanya ancaman, tetapi juga bisa menjadi sebuah peluang. Proses ini dapat menjadi momen penting untuk memperkenalkan tradisi budaya lama dengan cara-cara baru yang lebih segar dan diterima oleh generasi muda. Pertanyaannya yaitu, bagaimana jika tradisi budaya lama dipertemukan dengan modernisasi? Akankah tradisi tersebut akan bertahan, atau justru hilang ditelan perkembangan zaman?

Tradisi budaya lama merupakan warisan turun-temurun dari generasi ke generasi. Contoh tradisi budaya lama seperti tarian, musik, ritual adat, bahasa, hingga kebiasaan sehari-hari yang mengandung nilai-nilai luhur. Di Indonesia terdapat tradisi budaya lama seperti tari saman, wayang kulit, dan upacara adat yang sering kali menjadi simbol identitas budaya yang membedakan bangsa ini dengan bangsa lainnya.

Namun, tradisi tidak hanya sekedar warisan statis yang tak dapat berubah. Justru sebaliknya, tradisi bersifat dinamis yang artinya ia dapat berubah dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dalam konteks modernisasi, tradisi budaya lama bisa “dihidupkan kembali” dengan memanfaatkan teknologi dan media digital. Contohnya seperti pertunjukan tari tradisional yang dulu hanya bisa ditonton secara langsung pada acara tertentu, sekarang dapat ditonton kapan saja dan dimana saja melalui platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube.

Modernisasi mengacu pada proses transformasi manusia dari tradisi lama ke pola kehidupan yang lebih canggih atau modern. Modernisasi identik dengan kemajuan teknologi, efisiensi, dan pola pikir yang terbuka mengenai suatu perubahan. Pada satu sisi, modernisasi membawa dampak positif bagi manusia, seperti akses yang lebih mudah untuk mendapatkan sebuah informasi dan kemajuan di bidang pendidikan serta ekonomi.

Di sisi lain, modernisasi juga membawa dampak negatif, terutama dalam konteks pelestarian budaya tradisional. Modernisasi sering dianggap sebagai ancaman karena banyak tradisi yang dianggap “kuno”. Contohnya, busana adat yang dulu dipakai pada upacara adat tertentu sekarang jarang digunakan lagi karena dianggap tidak praktis. Bukan hanya itu, sekarang ini generasi muda cenderung lebih tertarik dengan musik K-pop atau budaya populer lainnya yang viral di media sosial, sedangkan tarian tradisional atau budaya tradisional lain mulai kehilangan penggemarnya.

Pertemuan tradisi budaya lama dan modernisasi merupakan ancaman atau peluang? Banyak orang beranggapan bahwa pertemuan antara tradisi budaya lama dan modernisasi adalah pertemuan dua hal yang bertolak belakang. Sebenarnya, tradisi dan modernisasi tidak harus saling menghilangkan, melainkan bisa menjadi sarana untuk memperkuat dan melestarikannya.

Salah satu contohnya yaitu pengemasan ulang seni tradisional agar lebih diterima oleh generasi muda. Contoh nyatanya adalah munculnya musik modern dengan sentuhan alat musik tradisional, seperti gamelan yang dipadukan dengan musik elektronik. Kolaborasi ini bukan hanya membuat musik tradisional terasa lebih kekinian, tetapi juga memperkenalkan budaya Indonesia ke ranah internasional.

Supaya tradisi budaya lama tetap terjaga di tengah modernisasi, perlu upaya dari berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat, ataupun dari setiap individu masing-masing. Contohnya yaitu, mengemas tari tradisional dalam bentuk video klip musik modern atau menciptakan konten kreatif berbasis seni tradisional. Dengan pendekatan ini, generasi muda akan lebih tertarik dan terlibat dalam pelestarian budaya lama.

Pertemuan antara tradisi budaya lama dan modernisasi tidak harus menjadi perdebatan antara yang lama dan yang baru. Akan tetapi, pertemuan keduanya dapat menciptakan suatu hal yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Tradisi bukan sekedar kenangan masa lalu, melainkan warisan yang hidup dan dapat terus berkembang.

Oleh : Eisa Rahma Kian (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *