Kyai Abdul Rahim Batursari, Ulama Mumpuni yang ‘Tersembunyi’ di Wilayah Pulosari

Ensiklopedi1795 Dilihat

MEDIASI – Kyai Abdul Rahim Batursari merupakan putera dari Mbah Marwata yang lahir pada 7 November 1936 di desa Batursari Kecamatan Pulosari kabupaten Pemalang.

Kyai Abdul Rahim oleh sebagian orang dipercaya sebagai ‘paku’nya Gunung Slamet yang tidak mau menampakkan diri. Beliau memang dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan tidak mau menampakkan kepopuleran kealim-ulamaannya seperti model Dai atau disebut sebagai ulama saat ini.

Walau pun pribadi sederhana, beliau sejatinya punya wawasan keilmuan agama yang luas. Dilihat dari kitab-kitab peninggalan yang diajarkannya saat masih hidup, banyak kitab yang berbobot dan banyak diajarkan di pesantren-pesantren besar, seperti kitab Tafsir Jalalaen, Kitab Ihya Ulumudin, Kitab I’anatuttholibin hingga Kitab Hikam.

Walau pun tidak mempunyai kelembagaan seperti pesantren, kitab-kitab ‘tingkat tinggi’ tersebut beliau miliki dan kuasai serta diajarkan pada sebagian murid-santrinya. Bahkan, di usia senjanya beliau juga dikatakan masih tekun belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris. Sebuah hal yang tidak lazim dilakukan seseorang yang termasuk sudah usia sepuh, bahkan sekelas orang terpelajar pun, apalagi beliau termasuk hidup di daerah pegunungan terpencil Batursari yang geografisnya persis di bawah gunung Slamet.

Tapi kecintaannya pada ilmu pengetahuan, tidak menghalangi Kyai Abdul Rahim sebagai seorang kyai-pendidik yang tak pernah berhenti untuk terus belajar. Hingga tutup usianya sampai umur 83 tahun, Kyai Abdul Rahim dikenang keluarganya sebagai kyai desa bersahaja yang humanis dan humoris.

Riwayat Silsilah Nasab dan Sanad Keilmuan

Saat masih usia belia Kyai Abdul Rahim mempunyai nama Ru’yat. Ayahnya diceritakan merupakan tokoh kyai desa yang dituakan di Batursari pada zamannya.

Sejak usia dini hingga akhir hayatnya beliau seorang yang mahabbah (cinta) ilmu. Hal itu, dibuktikan dari seringnya beliau melalangbuana atau sering bepergian untuk meguru menuntut ilmu pada setiap ulama yang dikunjunginya. Bahkan, setelah menikah hingga mempunyai 3 orang anak, beliau pun masih bolak-balik nyantri di wilayah pesantren yang ada di Cirebon, salah satunya mengaji pada Kyai Kaukab Pesantren Benda Kerep Cirebon.

Selain nyantri di Pesantren Benda Kerep, Kyai Abdul Rahim juga ngunduh ilmu pada berbagai kyai-ulama diantaranya pada Kyai Achid Simadu, Kyai Tartib Banyumudal, Kyai Ma’ani Moga yang berasal dari Cirebon dan Kyai Syahmari Syarif Karangtengah Warungpring. Bahkan saat di Pesantren Karangtengah, beliau diceritakan sebagai salah satu santri pengasuh yang ‘momong’ putra utama Kyai Syahmari, yakni almaghfurlah KH Abdul Aziz dan almukarom KH Farihin.

Kyai yang Keulamaannya Diakui di Luar Wilayah Pulosari

Dilihat dari sanad keilmuannya, tidak berlebihan jika Kyai Abdul Rahim kemudian menjadi kyai yang mumpuni dalam keilmuan keagamaan. Namun ketinggian ilmu yang dimilikinya tersebut tidak lantas menjadikan beliau jumawa bak jawara, beliau justru menampakkan seperti layaknya kyai desa pada umumnya, yang sederhana, tawaddu’, qona’ah, dan ikhlas dalam membimbing umatnya.

Sekelas almaghfurlah KH Minhajul Abidin Banyumudal Moga, Kyai yang dikenal luas keilmuannya serta pernah dikagumi Gus Dur, pun mengakui kealim-ulamaan Kyai Abdul Rahim. Setiap moment acara ‘halaqoh ulama’ Pemalang, Kyai Minhaj selalu ngaturi atau mengundang Kyai Abdul Rahim dan KH Thoeri untuk mewakili ulama wilayah kecamatan Pulosari. Ketokohan Beliau di luar desa Batursari memang jarang diketahui publik desanya. Hal ini menandakan beliau memang kyai tanpa pamrih yang tidak ingin populer atau tidak ingin pencitraan.

Walau pun tidak mempunyai pesantren, namun santri didik Kyai Abdul Rahim banyak yang menjadi tokoh di lingkungan masyarakatnya. Santri-santri yang mengaji pada beliau bukan hanya dari Batursari, ada yang dari desa Siremeng, Clekatakan, Penakir bahkan ada juga yang dari wilayah Purbalingga.

Kyai Abdul Rahim semasa hidupnya memang sempat mendirikan Majelis Ta’lim bernama Majelis Al Fatah. Namun sayangnya, selepas wafatnya beliau, majelis ilmu yang didirikannya tidak ada yang melanjutkannya. Beliau juga dikenal sebagai Dai yang berdakwah dari masjid ke masjid, dari majelis ilmu satu ke majelis ilmu lainnya.

Sebagai seorang pedakwah, Kyai Abdul Rohim dikenal sebagai dai yang humoris yang ceramahnya mudah dicerna masyarakat awam. Bahkan, dalam setiap ceramahnya beliau selalu menyisipkan syair-syair yang dikarangnya sendiri. Namun lagi-lagi, sayangnya syair karangan Kyai Abdul Rohim tidak terbukukan atau catatan karangan tinggalannya tidak ditemukan.

Kyai Abdul Rohim meninggal dunia pada usia yang cukup sepuh. Beliau sebelumnya kena penyakit yang menjadikannya terbaring sakit hampir lebih satu tahun. Pada hari Rabu Pon, 4 Desember 2019, Sang Kyai mumpuni dari Batursari ini wafat kembali keharibaan Allah SWT dan dikebumikan di belakang masjid Tundagan Batursari.

Almaghfurlah Kyai Abdul Rahim, oleh masyarakat Batursari dan sekitarnya dikenang serta diakui sebagai salah satu ‘paku bumi’nya syiar Islam di kitarannya kaki Gunung Slamet. Bersama beliau, tokoh ulama Batursari lainnya yang juga teman seperjuangan dalam syiar Islam ada almarhum KH Tadjri dan almarhum Kyai Sholihin serta KH Zaenudin. Wallahu’alam

Lahu…. Al Fatihah

Oleh : Abdul Azis Nurizun (Founder PP Babussalam Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman dan Ketua PW FKDMI jawa Tengah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *