MEDIASI – Komunitas GUSDURian UIN Walisongo menggelar seminar publik “Indonesia Rumah Bersama” pada Selasa, (13/12/2022) bertempat di UIN Walisongo, Semarang.
Seminar dengan tema “Merawat Kebhinekaan dalam Bingkai Keindonesiaan” ini menghadirkan Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad.
Dalam paparannya, Jay Akhmad menyampaikan pentingnya menghadirkan keadilan di atas perdamaian.
“Apalah arti perdamaian kalau keadilannya tidak ada. Justru keadilan lebih penting daripada perdamaiannya. Ini yang selalu didorong Gus Dur dalam konteks realitas kemanusiaan. Seperti yang Gus Dur sampaikan, ‘Perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi’,” ungkap Jay.
Acara tersebut juga dihadiri Abda Ali, S.Psi,.MM, (Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementrian dalam Negeri), dan Sr. Kurnia, SDP (Kongregasi Suster Penyelenggaraan Illahi) sebagai pembicara.
Sementara bertugas sebagai moderator acara yakni Nur Hasyim, M.A (Tim Rumah Moderasi Beragama UIN Walisongo Semarang).
Acara ini dihadiri 160-an peserta yang turut aktif bertanya serta menanggapi.
Salah seorang peserta seminar, Maulana Ahmad Saifullah, Muballigh JAI menyampaikan, bahwa tak ada seorang tokoh di Indonesia seperti Gus Dur yang berani mendatangkan Imam Ahmadiyah di Indonesia.
“Ketika tahun 2000 tidak ada yang berani mendatangkan imam Ahmadiyah. Gus Dur satu-satunya yang berani. Maka dari itu Gus Dur bukan hanya bapak Konghuchu, namun juga bapak Ahmadiyah.” tegas Saifullah.
Di akhir sesi, Suster Kurnia menyampaikan pentingnya menerima perbedaan dan mau terbuka di tengah keberagaman.
“Kalau kita mau menerima perbedaan dan bersikap terbuka, rahmat yang akan kita terima itu banyak sekali,” ujarnya.
Suster Kurnia juga mengajak anak-anak muda untuk aktif mengikuti perjumpaan-perjumpaan lintas iman dan terus menambah pengalaman di luar lingkarannya.