MEDIASI – Karangbrai adalah desa di kecamatan Bodeh kabupaten Pemalang. Dikutip dari website karangbrai.desa.id, nama Karangbrai diambil dari dua suku kata ‘Karang’ yang artinya tempat dan ‘Brai’ dari kata ‘blai’ yang artinya musibah apes istilah jawanya jalmo moro jalmo mati yaitu apabila ada manusia yang bermukim di tempat tersebut akan terkena musibah/apes dan bisa menemui ajal.
Karangbrai konon dulunya merupakan kawasan hutan yang lebat dan angker, namun setelah kedatangan seorang wali yang bernama Syeikh Jambu Karang tempat tersebut lambat laun menjadi makmur dan aman jauh dari segala bahaya. Dalam legenda asal kata Karang juga berarti diambilkan dari kata belakang Syech Jambu Karang.
Syeikh Jambu Karang sendiri diceritakan berasal dari wilayah Jawa Barat dan merupakan seorang putra mahkota keturunan raja Padjajaran yang bernama asli Raden Mundingwangi yang bergelar Adipati Mendang. Ia tidak berkenan menggantikan ayahandanya sebagai raja dan memilih menjadi Wiku/Pendeta. Kemudian ia pun menyerahkan tahktanya kepada adiknya yang bernama Raden Mundingsari.
Setelah memeluk agama Islam, Raden Mundingwangi berganti nama menjadi Syeikh Jambu Karang. Ia pun dikenal sebagai tokoh penyebar Agama Islam dikawasan Cirebon, Tegal, Pemalang, Pekalongan, dan Purbalingga. Syeikh Jambu Karang dikenal sebagai ulama Kharismatik Keturunan luhur raja Pandjajaran yang rela meninggalkan kemewahan dan kedudukan sebagai bangsawan serta rela mengabdikan diri untuk menyebarkan agama Islam dan pertama kali membuka pemukiman sekaligus memberi nama Desa Karangbrai.
Bukti sejarah terkait keberadaan Syekh Jambu Karang dibuktikan dengan adanya Petilasannya di desa Karangbrai. Selain itu, di komplek petilasan juga terdapat makam murid Syeikh Jambu Karang yang bernama Syeikh Boga Jati. Adanya Kedung Sigolo-golo sungai Comal yang terletak antara perbatasan Kecamatan Ampelgading dan Karangbrai juga dikatakan sebagai situs peninggalan kedua tokoh yang dikramatkan warga desa Karangbrai tersebut.
Gus Hamam Haris dan Pesantren Assalafi I’anah Futuhiyyah Karangbrai
Dalam perkembangannya Desa Karangbrai merupakan satu kawasan desa yang cukup subur untuk tanaman pertanian, apalagi desa tersebut juga berada di pinggiran Sungai Comal, sungai yang cukup besar dan melimpah airnya guna mendukung usaha pertanian warga Karangbrai. Secara sosial ekonomi terlihat desa tersebut juga dikatakan juga cukup makmur. Beberapa warga desa terlihat banyak yang membuka wirausaha pembuatan bata merah.
Saat penulis berkunjung ke desa Karangbrai dalam rangka penelusuran jejak sejarah perjuangan Kiai desa tersebut, yakni KH Abdus Syakur. Infrastruktur jalan menuju desa Karangbrai rusak cukup parah, di sana sini jalannya banyak berkubang lobang. Namun demikian, terlihat desa Karangbrai cukup sejuk, suasana keagamaan terlihat kental dan dinamis serta berkembang maju secara infrastrukturnya. Bangunan ibadah seperti masjid dan mushola terlihat besar dan megah.
Kami pun alhamdulillah bisa dipertemukan dengan duriyyah sekaligus putra tunggal almaghfurlah KH Abdusyakur yakni Gus Hamam Haris. Kami bertemu beliau saat ia sedang mengkoordinir pekerja yang sedang menggarap pembangunan masjid Sabilurrahman Karangbrai, yang letaknya tidak jauh dari komplek pesantren.
Kami pun berbincang di teras masjid menggali informasi lisan sejarah perjalanan dan perjuangan KH Abdusyakur, ulama karismatik Karangbrai yang juga mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyyah di Pemalang dan Pendiri Pondok Pesantren Assalafi I’anah Futuhiyyah Karangbrai Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang.
Di Karangbrai, selain Syeikh Jambu Karang dan Syeikh Boga Jati, tokoh agama yang ‘dikramatkan’ adalah KH Abdusyakur yang juga dianggap sebagai ‘Bapak Ulama’nya desa Karangbrai. KH Abdusyakur putra asli Karangbrai yang lahir pada tahun 1943 dan meninggal serta dikebumikan di pemakaman umum Karangbrai pada tahun 2006. Beliau dikenal sebagai panutan masyarakat Karangbrai dan umat Islam Pemalang, khususnya warga Nahdliyyin. Beliau merupakan salah satu tokoh NU Pemalang dan teman karib Habib Ali Al Habsyi, tokoh duriyyah Nabi dan juga tokoh NU di Pemalang yang terkenal dan disegani.
Saat ini estafet perjuangan dan lembaga pendidikan yang didirikan KH Abdusyakur dilanjutkan oleh putera semata-wayangnya Gus Hamam Haris. Selain pondok pesantren, lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Pesantren Assalafi I’anah Futuyyah diantaranya MTs I’anah Futuhiyyah, Madrasah Diniyah I’anah Futuhiyyah, dan TPQ I’anah Futuhiyyah. Wallahu’alam
Oleh : Abdul Azis Nurizun (Koordinator GUSDURian Pemalang dan Penulis Ensiklopedi Perjuangan Kiai Desa di Pemalang)