Ustadz Ghozi, Pesantren Nurul Aini dan Jejak Perjuangan Kiai Desa Batursari

Publika1913 Dilihat

MEDIASI – Desa Batursari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang berada di Selatan Pemalang ujung Barat atau ujung Barat Daya Kabupaten Pemalang. Letak geografi desanya persis di bawah kaki Gunung Slamet.

Kondisi alam pegunungan yang sejuk dan asri, menjadikan desa Batursari menjadikan salah satu tempat agrowisata yang asyik dikunjungi. Di desa ini juga jadi salah satu sentral desa penghasil sayuran di Pemalang.

Walau pun termasuk wilayah pedalaman pegunungan, penduduk Batursari tergolong masyarakat yang agamis. Hal ini diperkuat dengan banyak berdirinya lembaga pendidikan Islam seperti Majelis Ta’lim, Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) dan Madrasah Diniyyah. Bahkan, di desa Batursari sekarang juga telah berdiri pondok pesantren.

Saat ini, suasana keagamaan di Batursari semakin kuat karena dukungan dan kekompakan tokoh agamanya. Di mana banyak alumni pesantren dan tokoh pendidikan serta keagamaan disana yang istiqomah berkhidmat melayani umat, diantaranya ada mbah KH Zaenudin bin Ta’ib (sebagai generasi awal / ulama sepuh) dan Ustadz Sam’un Ghozi (generasi pelanjut / ulama muda).

Kemarin sore, Rabu (28/9/2022) Penulis dalam rangka penelusuran dan penelitian ‘Ensiklopedi Kiai Desa’ berkesempatan sowan silaturahim dengan salahsatu tokoh agama Batursari yakni Ustadz Sam’un Ghozi. Ia juga merupakan Ketua Tanfidziyyah MWC NU Kecamatan Pulosarı, Pemalang. Kedatangan Penulis sebagai lanjutan dari penelusuran jejak-sejarah kiai yang ada di kitaran wilayah Pulosari, khususnya Kiai Desa Batursari.

Ustadz Ghozi, begitu panggilan akrabnya, merupakan salah satu pendiri dan pengasuh utama Pondok Pesantren (Ponpes) di Batursari. Pesantren tersebut berada di Dusun Cemara Batursari dan bernama Ponpes ‘Nurul Aini’. Rencananya tahun depan pesantren juga akan mendirikan lembaga setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yakni Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Nurul Aini Batursari.

Selain sebagai pengasuh Ponpes Nurul Aini, Ustadz Ghozi juga mengelola Majelis Khaerunnisa, Madrasah dan TPQ Sabilul Mutaqqin. Lembaga pendidikan keagamaan tersebut merupakan ‘warisan’ tinggalan dari mendiang ayahnya, Almaghfurlah Kiai Sholihin bin Muhsin.

Kiai Sholihin merupakan salah satu dari ‘Empat Serangkai’ ulama pejuang syiar Islam di wilayah kitaran Batursari yang telah wafat. Selain beliau, dua lainnya juga telah wafat adalah Kiai Abdurrahim bin Marwata dan KH Tadjri bin Darma.

Sementara itu, dari ‘empat serangkai’ kiai desa Batursari yang masih jumeneng (hidup) dan istiqomah mensyiarkan ajaran-ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin adalah Mbah KH Zaenudin bin Ta’ib. Beliau hingga saat ini masih mengurusi umat dg menggelar pengajian rutin di majelis peninggalan KH Tadjri dan Masjid Tundagan Batursari.

Menurut Ustadz Ghozi, keempat tokoh inilah yang merupakan ‘soko guru’nya syiar Islam di Batursari sejak sekitar era 60-an hingga sekarang. Masing-masing memang berbeda karakter dan medan perjuangannya, namun keempatnya saling menguatkan. Sehingga, hasil perjuangan keempat kiai ini masih membekas dan tidak lekang dimakan zaman. Tinggalan perjuangan mereka hingga saat ini masih dipertahankan, bahkan terus berkembang dilanjutkan oleh generasi ulama muda Batursari, terutama oleh para alumni santri keempat Kiai tersebut. Wallahu’alam bisshowab..

Oleh : A A Nurizun (Tukang Sapu di Semesta Ilmu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *